TEMPO Interaktif, Baghdad: Berbondong-bondong warga Baghdad menuju tempat pemungutan suara. Walaupun suara mortir terus berdentam dan pengamanan ketat mereka tak peduli. "Kami ingin semua kekacauan ini segera berakhir dan mempunyai negara yang berpemerintahan," kata Naif Gassan, 30 tahun.Di tempat pemungutan suara Nadhimiyah, puluhan polisi berjaga-jaga, anak-anak muda berpistol dengan tanda panitia pemilu tampak sibuk mengawasi warga yang berdatangan. Kawat berduri dipasang, di sisi sebelum orang masuk. Setiap yang akan memasuki tempat pemungutan suara, warga diperiksa polisi, lalu melewati lagi penjagaan semen beton untuk diperiksa kembali. Warga berjalan kaki dari rumah-rumah mereka karena tak boleh ada kendaraan melintasi jalan. Dari tempat pemeriksaan warga harus berjalan lagi sekitar 200 meter menuju tempat pemungutan suara. Saya sempat dicegat, karena membawa kamera dan sempat terjadi salah paham dengan penjaga keamanan. Mereka merampas kamera dan mengambil tanda pengenal wartawan peliput pemilu, serta memeriksanya. Tapi, setelah itu, kamera dan tanda pengenal dikembalikan lagi. "Mohon maaf kami harus memeriksa dengan ketat," katanya.Penjagaan ketat diterapkan juga di tempat pemungutan suara di Karada Dakhil. Warga Irak berbaris untuk bisa masuk melewati penghalang beton dan penjaga keamanan yang bersenjata. Mereka tertawa-tawa setelah memilih. Tangan-tangan mereka telah bertanda tinta hitam. "Ini seperti hari raya saja, orang ramai, berpakaian bagus, coba anda lihat mereka tak peduli dengan sura bom itu,kan," kata Fariz Daud di dekat TPS Katada Dakhil.