AS-Cina Sepakat Kerja Sama Atasi Perubahan Iklim

Reporter

Editor

Natalia Santi

Sabtu, 15 Februari 2014 15:32 WIB

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dalam KTT APEC di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Senin (7/10) malam. Busana khusus APEC ini dipakai 21 pemimpin dunia ketika menghadiri jamuan makan malam. ANTARA/Widodo S. Jusuf

TEMPO.CO, Beijing – Cina dan Amerika Serikat, dua negara penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia sepakat untuk bekerja sama mengatasi efeknya dalam perubahan iklim global.


“Cina dan Amerika Serikat akan bekerja sama berkolaborasi untuk meningkatkan dialog kebijakan, termasuk berbagi informasi terkait rencana pasca 2020 untuk membatasi emisi gas rumah kaca,” demikian bunyi pernyataan bersama yang dikeluarkan Cina-AS di akhir kunjungan Menteri Luar Negeri John Kerry di Beijing, Sabtu, 15 Februari 2014.


Kedua pihak “berkomitmen untuk melakukan upaya signifikan guna menghasilkan hal-hal yang konkret” pada Dialog Ekonomi dan Strategis AS-Cina ke-enam tahun ini, demikian pernyataan tersebut.


"Kedua pihak reaffirm komitmen mereka untuk berkontribusi secara signifikan untuk menyukseskan upaya global 2015 dalam memenuhi tantangan ini,” demikian pernyataan bersama itu.


Perundingan internasional untuk menyepakati lanjutan Protokol Kyoto 1997, kesepakatan internasional pertama dan satu-satunya untuk mengatasi perubahan iklim akan diselenggarakan di Paris tahun depan. Amerika Serikat tidak pernah meratifikasi kesepakatan Kyoto itu.


Advertising
Advertising

Pakta global baru termasuk janji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan langkah-langkah untuk memberdayakan negara miskin dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim


“Kerja sama Cina-Amerika Serikat ini unik. Kami berharap ini akan menjadi contoh bagi kepemimpinan dan keseriusan global dalam negosiasi iklim tahun depan,” kata Kerry kepada wartawan sebelum bertolak ke Jakarta.


Laporan Panel Antar Pemerintah soal Perubahan Iklim September lalu menegaskan manusia adalah penyebab utama pemanasan global. Diperkirakan dampak emisi gas rumah kaca akan dirasakan manusia selama berabad-abad.


Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan laporan itu merupakan desakan bagi negara-negara yang selama ini hanya fokus untuk memacu ekonomi ketimbang memerangi perubahan iklim, agar mencapai kesepakatan bersama mengatasi pemanasan global 2015.


Ban berusaha membangkitkan kembali perdebatan perubahan iklim global dan meningkatkan peran PBB. Dia menunjuk mantan walikota New York Michael Bloomberg , mantan presiden Ghana John Kufuor dan mantan perdana menteri Norwegia Jens Stoltenberg sebagai utusan khusus untuk perubahan iklim .


REUTERS | NATALIA SANTI


Berita Lain:
Kunjungi Kelud, SBY Akan Naik Kereta Luar Biasa
Hujan Abu Reda, Perjalanan Kereta Kembali Normal
Dampak Kelud, Keraton Yogya Masih Ditutup

Berita terkait

Luhut Berkisah Kondisinya di Singapura: Sudah Olahraga dan Terima Kunjungan Utusan Joe Biden

18 November 2023

Luhut Berkisah Kondisinya di Singapura: Sudah Olahraga dan Terima Kunjungan Utusan Joe Biden

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan kondisi terkini kesehatannya.

Baca Selengkapnya

Terkini: Kemendag Buka Suara Ancaman Aprindo Stop Minyak Goreng, Luhut Tagih Janji John Kerry

14 April 2023

Terkini: Kemendag Buka Suara Ancaman Aprindo Stop Minyak Goreng, Luhut Tagih Janji John Kerry

Aprindo ancam menghentikan penjualan minyak goreng di ritel karena utang rafaksi senilai Rp 344 miliar belum dibayar pemerintah. Kemendag buka suara.

Baca Selengkapnya

Luhut Temui John Kerry, Tagih Janji Pendanaan Transisi Energi Amerika

14 April 2023

Luhut Temui John Kerry, Tagih Janji Pendanaan Transisi Energi Amerika

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menemui John Kerry untuk menaging janji Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Luhut: John Kerry Sebut RI Paling Berhasil Tangani Deforestrasi di Seluruh Dunia

3 Maret 2021

Luhut: John Kerry Sebut RI Paling Berhasil Tangani Deforestrasi di Seluruh Dunia

Menteri Luhut menyatakan Indonesia saat ini terkenal di dunia karena selama empat tahun terakhir dianggap berhasil dalam penanganan deforestasi.

Baca Selengkapnya

Luhut dan Utusan Joe Biden Sepakat Tak Buang Waktu Atasi Perubahan Iklim

26 Februari 2021

Luhut dan Utusan Joe Biden Sepakat Tak Buang Waktu Atasi Perubahan Iklim

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan melaksanakan video conference dengan John Kerry, Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat untuk iklim.

Baca Selengkapnya

Luhut dan Utusan Joe Biden Bahas Kerja Sama Energi Bersih

26 Februari 2021

Luhut dan Utusan Joe Biden Bahas Kerja Sama Energi Bersih

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menggelar video conference dengan John Kerry, Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk iklim.

Baca Selengkapnya

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya