Militer AS Sodorkan Dua Opsi Soal Afganistan

Reporter

Editor

Abdul Manan

Sabtu, 25 Januari 2014 04:55 WIB

Sejumlah tentara Afganistan saat tengah menyelidiki lokasi sisa-sisa serangan gerilyawan Taliban di pangkalan gabungan NATO-Afganistan di Nangarhar, Afganistan (4/1). Serangan Taliban ke pangkalan NATO semakin meningkat belakangan ini yang bertujuan untuk menguasai wilayah Afganistan yang akan ditinggalkan pasukan NATO di akhir 2014. (AP Photo/Rahmat Gul)

TEMPO.CO , Washington: Para pemimpin militer Amerika Serikat telah mengusulkan dua pilihan untuk Afganistan setelah 2014: meninggalkan 10.000 tentara Amerika di sana ketika misi tempur berakhir tahun ini, atau menarik keluar semua tentaranya.

Sebuah sumber mengatakan kepada Voice of America, yang dimuat dalam VOA News edisi 22 Januari 2014, bahwa proposal itu telah dibahas panjang lebar hingga saat ini.

Namun beberapa organisasi berita, termasuk The Wall Street Journal dan New York Times, mengatakan, bahwa komandan pasukan NATO di Afghanistan Jenderal Joseph Dunford sudah menyampaikan opsi itu ke Gedung Putih pekan lalu.

Sekitar 37.500 tentara AS yang berada di Afganistan saat ini, bersama 19.000 pasukan dari negara lain yang tergabung dalam koalisi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Haji Saleh Muhammad Saleh, yang duduk di Komite Pertahanan di Majelis Rendah Afghanistan mengatakan kepada VOA Biro Afganistan bahwa jika penarikan total serius dipertimbangkan, maka Amerika Serikat harus membantu memperkuat pasukan keamanan Afganistan.

"(Rencana) Ini harus mencakup program bantuan sipil yang luas untuk mendukung pemerintah Afghanistan. Jumlah bantuan harus ditingkatkan agar Afganistan dapat berdiri di atas kakinya sendiri," kata Saleh.

Beberapa laporan juga mengatakan, jika 10.000 tentara AS masih disisakan setelah akhir tahun ini, mereka semua harus ditarik pada awal 2017 ketika Presiden Barack Obama mengakhiri masa kepresidenannya.

Pemerintah Afghanistan belum menandatangani Perjanjian Keamanan Bilateral yang akan menentukan jumlah pasukan Amerika yang akan dipertahankan di Afghanistan pada akhir tahun ini.

Pemerintahan Obama mengatakan, jika perjanjian tersebut tidak segera ditandatangani, AS mungkin akan menarik pasukannya karena tidak akan ada waktu untuk merencanakan kehadiran lanjutan mereka di sana. Presiden Afganistan Hamid Karzai mengatakan, pemenang pemilihan presiden negara itu pada bulan April mendatang yang harus menandatangani perjanjian itu.

VOA News | Abdul Manan



Berita Lainnya:



Kairo Dihantam Dua Ledakan Bom, 5 Tewas
Kepala Desa di India Jadi Otak Pemerkosaan
Jumlah Korban Badai Lingling di Filipina Meningkat
Snowden: Kembali ke Amerika Solusi Terbaik
Pentagon Izinkan Personel Militernya Berjilbab

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya