Thailand Pertimbangkan Tetapkan Status Darurat

Reporter

Editor

Abdul Manan

Senin, 20 Januari 2014 13:26 WIB

Pengunjuk rasa anti-pemerintah menghindar dari tembakan water canon di dekat sebuah gimnasium di Bangkok, Thailand (26/12). AP/Sakchai Lalit

TEMPO.CO, Bangkok - Dewan Keamanan Nasional Thailand, Senin, 20 Januari 2014, mengatakan pihaknya sangat serius mempertimbangkan penerapan status "keadaan darurat" setelah akhir pekan lalu terjadi kekerasan di ibu kota, Bangkok, saat demonstran mencoba selama lebih dari dua bulan untuk menjatuhkan pemerintahan.

Meskipun ukuran demonstrasi telah menurun, pengunjuk rasa berhasil menutup beberapa sejumlah kantor pemerintahan dan memaksa pelaksana tugas sementara Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra mundur dengan kampanye "Bangkok Shutdwon" dalam beberapa pekan ini.

"Kami siap untuk menggunakan dekrit darurat... Semua orang terlibat, termasuk polisi, militer, dan pemerintah, sedang mempertimbangkan opsi ini sangat serius tetapi belum mencapai kesepakatan," kata Kepala Dewan Keamanan Nasional Paradorn Pattantabutr kepada Reuters setelah pertemuan dengan Yingluck, hari ini.

"Para pengunjuk rasa mengatakan mereka akan menutup sejumlah kantor pemerintah. Sejauh ini, penutupan mereka telah bersifat simbolis, mereka pergi ke kantor-kantor pemerintah dan kemudian pergi. Tapi jika taktik mereka berubah dan mereka menutup bank atau kantor-kantor pemerintah permanen, maka peluang untuk kerusuhan meningkat dan kita harus meminta penerapan hukum ini," katanya.

Status darurat akan memberi kekuasaan yang luas kepada aparat keamanan untuk memberlakukan jam malam, menahan tersangka tanpa adanya tuduhan, menyensor media, melarang pertemuan politik lebih dari lima orang, dan memberlakukan pembatasan di sejumlah daerah.

Satu orang tewas dan puluhan orang terluka, beberapa serius, ketika granat dilemparkan ke tengah pengunjuk rasa anti-pemerintah di pusat kota Bangkok, Jumat-Ahad, 17-19 Januari 2014. "Saya kira serangan ini dirancang untuk memancing reaksi militer," kata Paul Chambers, direktur riset di Institute of South East Asian Affairs di Chiang Mai. Ia memprediksi, upaya itu akan meningkatkan eskalasi kekerasan di negara ini.

Menurut Chambers, eskalasi ini pada gilirannya bisa mendorong komisi pemilihan umum Thailand untuk menolak mengawasi pemilu 2 Februari 2014 seperti yang diminta Yingluck. Oposisi utama Thailand mengatakan mereka akan memboikot pemilihan ini.

REUTERS | ABDUL MANAN


Terpopuler :
Ibu Negara Prancis Tinggalkan Istana Kepresidenan
Istri Menteri India Tewas karena Overdosis?
Setelah Liaoning, Cina Bangun Kapal Induk Kedua
Snowden di Mata Sang Pacar
Kapal MV Marzooqah Dibajak Perompak Somalia







Advertising
Advertising

Berita terkait

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

18 November 2018

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

Timnas Indonesia sekarang fokus pada pertandingan terakhir Piala AFF 2018 melawan Filipina di Jakarta pada 25 November mendatang.

Baca Selengkapnya

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

26 Oktober 2017

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

Sekitar 110 ribu orang diizinkan memasuki area dekat jenazah Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej yang akan dikremasi hari ini.

Baca Selengkapnya

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

30 Agustus 2017

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

Thaksin Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand meng-tweet ucapan Montesquieu tentang tirani untuk mengkritik junta militer.

Baca Selengkapnya

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

27 Agustus 2017

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

Yingluck Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand, terbang ke Singapura lalu ke Dubai, negara tempat Thaksin, abangnya tinggal sebagai eksil.

Baca Selengkapnya

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

11 Agustus 2017

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

Kimlan Jinakul, nenek asal Thailand meraih gelar sarjana ekologi dari Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat

Baca Selengkapnya

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

20 Juli 2017

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

Raja Thailand kini menguasai penuh warisan kerajaan itu, menyusul pemerintah mengesahkan sebuah undang-undang baru.

Baca Selengkapnya

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

11 Juni 2017

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

Wichai, 34 tahun, asal Thailand, harus menjalani hukuman 35 tahun karena unggahannya di Facebook dianggap menghina keluarga Kerajaan Thailand.

Baca Selengkapnya

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

16 Mei 2017

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

Pemerintah Kerajaan Thailand mengancam akan mengadili Facebook jika tidak menghapus video yang menampilkan tubuh bertato Raja Maha Vajiralongkorn

Baca Selengkapnya

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

11 Mei 2017

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

FB memblokir video yang menunjukkan Raja Thailand, Vajiralongkorn, berseliweran di pusat belanjadengan mengenakan kaus dan tubuh bertato.

Baca Selengkapnya

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

28 April 2017

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

Seorang dukun di wilayah Chieng Mai, Thailand, tewas setelah ia sengaja menikam jantungnya sendiri karena menganggap dirinya kebal.

Baca Selengkapnya