Sejumlah Imigran gelap Asal iran saat ditanggap anggota Polda Suawesi Selatan di rumah penampunagan Jalan hertasning Baru, Gowa, (9/5). Sebanyak 35 Imigran yang tidak memiliki Pasport ini rencananya akan menyebrang ke Australia. TEMPO/Iqbal lubis
TEMPO.CO, Canberra – Panglima Angkatan Bersenjata Australia Jenderal David Hurley membantah tuduhan perlakuan buruk anggotanya terhadap imigran ilegal. (Baca: Imigran Gelap Mengaku Disiksa Tentara Australia)
“Dalam pandangan saya, Angkatan Laut, Darat, dan Udara kami melakukan tindakan secara manusiawi. Itu keharusan bagi mereka dan tentara Australia (ADF),” kata dia.
Hurley menambahkan, tentara Australia yang ditugaskan dalam Operasi Resolute atau Tegas telah dipersiapkan untuk menghadapi hal-hal tak terduga, situasi sulit dan ketat.
“Mereka dilatih untuk beroperasi dengan profesionalisme dan integritas yang tinggi, serta konsisten menunjukkan keberanian sekaligus kasih, yang kerap berisiko bagi keselamatan mereka sendiri,” kata Hurley.
Angkatan Bersenjata mengerahkan 800 personel dalam Operasi Resolute di laut, udara, dan darat bersama mitra mereka dari Badan Perlindungan Perbatasan Australia, serta lembaga-lembaga lain.
Pernyataan Hurley disampaikan Kedutaan Besar Australia menanggapi pertanyaan Tempo terkait berita perlakuan buruk tentara terhadap imigran ilegal asal Somalia yang kini berada di Nusa Tenggara Timur.
Imigran gelap asal Somalia yang diamankan di Pulau Rote pada Desember 2013 sebanyak 47 orang. Sejak 6 Januari 2014, sebanyak 45 orang ditampung di sebuah hotel di Kupang. Beberapa di antara mereka mengaku dibakar tangannya dengan korek api gas atau diminta memegang mesin kapal yang panas.