Tentara SPLA menaiki truk di Juba, Sudan Selatan (21/12). Mediator diupayakan antara presiden Sudan Selatan untuk mencegah membesarnya pertempuran yang dapat menjadi perang etnis sipil. REUTERS/Stringer
TEMPO.CO, Juba - Presiden Sudan, Omar al-Bashir, tiba di ibu kota Sudan Selatan, Juba, Senin, 6 Januari 2014, untuk sebuah pembicaraan menyusul konflik selama tiga pekan di negeri itu.
Kedatangan Bashir disambut upacara kehormatan di Bandara Juba oleh Wakil Presiden Sudan Selatan, James Wani Igga, sebelum menuju Istana Presiden guna melakukan pembicaraan dengan rekannya, Presiden Salva Kiir.
Bashir tak memberikan keterangan publik atas kedatangnnya di negeri yang tengah dilanda kecamuk perang saudara yang telah berlangsung tiga pekan.
Sebelumnya, pada Ahad, 5 Januari 2014, Khartoum menyampaikan keterangan pers bahwa Sudan berharap konflik di Sudan Selatan bisa diselesaikan secara politik. Keterangan tersebut digarisbawahi oleh Menteri Luar Negeri Sudan.
Konflik di Sudan Selatan pecah pada 15 Desember 2013. Konflik melibatkan loyalis Presiden Kiir dari kalangan militer dan milisi bersenjata pendukung bekas Wakil Presiden Riek Machar yang dipecat pada Juli 2013.
Sudan Selatan merdeka dari Khartoum pada 2011 setelah melalui perang selama beberapa dekade, tetapi negeri itu tetap tergantung pada Sudan, terutama dalam soal ekspor minyak.