Pemimpin ekonomi Indonesia Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) menerima pemimpin ekonomi Australia Perdana Menteri Tonny Abbot sebelum 'ABAC Dialogue With Leaders' KTT APEC 2013 di Nusa Dua, Bali, Senin (7/10). ANTARA/Prasetyo Utomo
TEMPO.CO, Sydney – Perdana Menteri Australia Tony Abbot belum memikirkan apakah ia akan meminta maaf atas dugaan penyadapan yang dilakukan Australia terhadap pemerintah Indonesia. Ia yakin hubungan dengan Indonesia akan tetap dekat dan kuat meski tuduhan memata-matai Indonesia telah memicu reaksi kemarahan Jakarta.
“Saya tidak akan mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu yang mungkin dapat merusak persahabatan dan kerja sama yang kuat dengan Indonesia,” ujar Abbot, seperti dilaporkan kantor berita AFP. Ia menolak berkomentar mengenai masalah inteligen.
Sementara itu, Indonesia menarik duta besarnya dari Canberra sebagai bentuk protes terhadap Australia. Menanggapi hal ini, Duta Besar Indonesia untuk Australia mengatakan, “Saya rasa penjelasan yang baik (dari Australia) akan menjadi cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini.”
Sebelumnya, ABC dan Guardian Australia melaporkan adanya penyadapan terhadap pemerintah Indonesia. Penyadapan ini terungkap dari bocoran dokumen US National Security Agency oleh Edward Snowden.
Dokumen-dokumen menunjukkan bahwa badan intelijen elektronik Australia melacak aktivitas telepon genggam Presiden SBY selama 15 hari pada bulan Agustus 2009 ketika pemimpin Partai Buruh Kevin Rudd menjadi perdana menteri.