Intelijen Inggris Monitor Pemesanan Hotel Diplomat
Editor
Abdul Manan
Senin, 18 November 2013 21:59 WIB
TEMPO.CO, Berlin - Badan intelijen Inggris, British Government Communications Headquarters (GCHQ), tak hanya memonitor percakapan para diplomat dan kepala negara saat mengikuti sebuah pertemuan internasional. GCHQ juga memonitor diplomat sejak mereka melakukan pemesanan hotel.
Informasi ini terdapat dalam dokumen yang dibocorkan eks analis badan intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA), Edward Snowden, yang dipublikasikan di media Jerman, Der Spiegel, edisi 17 November 2013.
Dokumen Snowden itu menunjukkan bahwa selama lebih dari tiga tahun, GCHQ memiliki sistem untuk secara otomatis memonitor pemesanan kamar hotel --setidaknya di 350 hotel kelas atas di seluruh dunia-- untuk mendeteksi diplomat dan pejabat pemerintah.
Program rahasia ini bernama "Royal Concierge" dengan logo berupa seekor penguin yang mengenakan mahkota dan jubah ungu serta memegang tongkat. Logo penguin itu tampaknya dimaksudkan untuk melambangkan seragam hitam dan putih yang umumnya dikenakan staf di hotel mewah.
Tujuan program ini adalah memberikan informasi kepada GCHQ tentang kota dan hotel yang hendak dikunjungi oleh para diplomat saat mereka memesan kamar. Hal ini memungkinkan "komunitas operasional teknis" untuk membuat persiapan yang diperlukan secara tepat waktu.
Dokumen ini juga seperti meragukan kebenaran klaim tiga kepala lembaga intelijen Inggris yang dibuat pekan lalu. Kepada Komite Parlemen Inggris, mereka mengatakan bahwa tujuan penyadapan adalah untuk kebutuhan perang melawan terorisme dan memastikan mereka dapat memantau posting terbaru Al-Qaidah dan afiliasinya.
Dokumen-dokumen Snowden itu menunjukkan bahwa prototipe dari "Royal Concierge" pertama kali diuji pada 2010. Program ini banyak dipuji dan disebut sebagai "inovasi", sehingga pengembangannya diteruskan.
Dokumen itu memberikan rincian tentang bagaimana cara kerja program badan intelijen Inggris ini dalam melacak para diplomat internasional. Setiap kali konfirmasi reservasi di-email ke alamat yang mencolok di dalam domain pemerintah (seperti gov.xx ) dari salah satu dari 350 hotel di seluruh dunia yang sedang dipantau, ada peringatan yang dikirim ke analis GCHQ.
Dalam dokumen-dokumen yang dilihat oleh Der Spiegel, memang tidak tertulis nama hotel. Tapi dokumen itu menyebutkan hotel anonim di Zurich dan Singapura sebagai contohnya.
Dokumen selanjutnya menyatakan hal lain yang bisa dilakukan di tempat diplomat menginap. Di antaranya, penyadapan telepon dan mesin fax serta pemantauan komputer yang terhubung ke jaringan hotel. "Serangan Teknis" juga ditempatkan oleh tim "TECA" Inggris untuk tamu yang menjadi sasaran khusus.
Para tamu itu, tentu saja, tidak tahu ihwal adanya "persiapan teknis canggih" yang dibuat untuk kunjungan mereka. Dalam kasus "target sulit pemerintah", informasi yang diperoleh melalui "Royal Concierge" juga dapat melibatkan operasi "HUMINT" --singkatan dari "human intelligence (intelijen manusia)". Dengan kata lain, ada pengiriman mata-mata manusia yang mungkin akan mendengarkan pembicaraan diplomat itu di bar hotel .
Dokumen-dokumen yang dilihat oleh Der Spiegel tidak menyatakan seberapa sering program tersebut telah digunakan, tetapi menunjukkan bahwa program terus dikembangkan.
Dihubungi oleh Der Spiegel, GCHQ mengatakan "tidak mengkonfirmasi atau membantah tuduhan itu."
DER SPEIGEL | ABDUL MANAN