TEMPO.CO, Yerusalem – Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel mengecam laporan hasil otopsi jenazah pemimpin Palestina Yasser Arafat, yang menyatakan bahwa Arafat meninggal akibat diracun dengan zat radioaktif polonium.
“Temuan ini tidak meyakinkan,” kata Yigal Palmor, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, kepada kantor berita Xinhua, yang dilansir oleh CNTV, hari ini. Ia menambahkan, laporan itu tidak didukung oleh fakta-fakta.
Menurut dia, meskipun benar ada bekas polonium di tubuhnya, itu tidak berarti bahwa Arafat telah diracuni. Ada banyak pertanyaan yang belum terjawab. Apalagi tidak ada bukti kuat bahwa Israel yang menjadi dalang dalam kematian Arafat.
Sebelumnya, catatan medis yang dikeluarkan rumah sakit Prancis menyebutkan bahwa Arafat meninggal pada 2004 karena serangan stroke yang disebabkan oleh gangguan darah. Namun, jenazahnya diangkat tahun lalu karena adanya dugaan bahwa dia dibunuh.
Hingga akhirnya, tim forensik asal Swiss yang meneliti sampel jasad Arafat menemukan zat radioaktif polonium di sisa-sisa jasad Arafat 18 kali lebih tinggi dari kadar normal. Polonium-210 adalah zat radioaktif yang secara alami diperoleh tubuh dari makanan dengan dosis rendah, namun senyawa ini bisa mematikan jika tertelan dalam dosis tinggi.