NSA Terlibat Jauh dalam Program Serangan Drone CIA  

Reporter

Editor

Abdul Manan

Kamis, 17 Oktober 2013 21:26 WIB

Pesawat tanpa awak X-47B terbang melintas di atas kapal induk USS George H. W. Bush, di Samudra Atlantic, lepas pantai Virginia, (15/5). Uji coba ini untuk mengetahui daya jelajah dan kemampuan tidak terdeteksi radar. REUTERS/Jason Reed

TEMPO.CO, Washington - Pengungkapan atas program rahasia yang dilakukan badan intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA), terus berlanjut. Laporan terbaru Washington Post menyebutkan, NSA diketahui terlibat jauh dalam program pembunuhan bersama dinas rahasia Central Intelligence Agency (CIA) yang ditargetkan melalui serangan pesawat tanpa awak (drone). Laporan terbaru ini berdasarkan informasi dari dokumen yang diberikan oleh mantan analis NSA, Edward Snowden.

Dokumen itu memberi satu contoh, yakni adanya pencegatan satu email yang dikirim oleh istri Hassan Ghul yang menjadi celah pengungkapan persembunyian suaminya itu. Informasi dari email itu juga menjadi petunjuk bagi CIA untuk menyerangnya dengan drone sehingga membuatnya terbunuh di Pakistan, Oktober 2012 lalu. Hassan Ghul diyakini sebagai orang yang dekat dengan pemimpin Al-Qaeda, Usamah bin Ladin.

Saat mengutip dokumen Snowden soal ini, Washington Post mengaku tak menyiarkan banyak rincian tentang serangan drone karena adanya permintaan dari pejabat intelijen AS. Mereka menyebut soal adanya potensi kerusakan bagi operasi yang sedang berlangsung dan keamanan nasional AS sebagai alasan permintaan mereka, tulis Washington Post.

Dokumen Snowden itu memberi gambaran jelas bahwa serangan drone yang dioperasikan CIA sangat bergantung pada kemampuan NSA dalam menyedot sejumlah besar email, panggilan telepon, dan potongan sinyal intelijen, yang juga dikenal sebagai SIGINT (signal intelligence), tulis suratkabar itu .

NSA menciptakan unit rahasia bernama Counter-Terrorism Mission Aligned Cell, atau CT MAC, untuk memusatkan sumber daya badan tersebut pada pencarian target teroris yang sulit diketahui. Tapi, dokumen yang diberikan Snowden tidak menjelaskan bagaimana email Hassan Gul itu didapatkan.

Menurut Washington Post, AS tidak pernah secara terbuka mengakui membunuh Hassan Ghul. Operator Al-Qaeda itu ditangkap Amerika pada 2004. Informasi dari dirinya membantu AS menemukan Usamah bin Ladin setelah jaringan kurirnya diketahui. Bin Ladin akhirnya tewas saat pasukan khusus AS, Navy SEALs menyerbu persembunyiannya di Abbotabad, Pakistan, 1 Mei 2011 lalu.

Usai ditangkap tahun 2004, Ghul dijebloskan ke penjara rahasia CIA selama dua tahun. Ia kembali ke Al-Qaeda setelah AS mengembalikannya ke Pakistan tahun 2006. Tahun 2011, Departemen Keuangan AS memasukkan Ghul dalam daftar hitam karena membantu Al-Qaeda membangun jaringan logistik dan memungkinkan organisasi ini memindahkan orang dan uang keluar masuk Pakistan.

Dalam dokumen NSA itu, kata Washington Post, Ghul dideskripsikan sebagai kepala operasi militer Al-Qaeda. Selain itu ada pula rincian tentang upaya pengintaian yang luas untuk menemukan Ghul.

CBS NEWS | ABDUL MANAN

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya