Tentara Filipina membebaskan 150 sandera yang ditawan kelompok Front Pembebasan Bangsa Moro (MNLF) di kota Zamboanga, Filipina, (17/9). Sandera tersebut dijadikan tameng hidup dalam gencatan senjata yang telah menewaskan ratusan orang. (AP Photo/Bullit Marquez)
TEMPO.CO, Manila--Presiden Filipina Benigno Aquino III mengeluarkan seruan kepada para pemberontak yang menyandera warga pesisir di selatan segera menyerah, hal itu dimaksudkan untuk mencegah pertumpahan darah sebelum dilakukan serangan besar guna mengakhiri drama penyanderaan yang telah berlangsung selama 11 hari.
Aksi ini dibalas dengan gempuran dari darat, laut, dan udara oleh pasukan pemerintah dengan mengerahkan 4.500 tentara dan polisi. "Dalam serangan tersebut, sekitar 40 pejuang tewas," kata pejabat setempat.
Sumber militer mengatakan, serangan pasukan pemerintah itu demi melindungi warga sipil yang terperangkap serta memperlambat serangan besar-besaran.
Juru bicara militer, Letnan Kolonel Ramon Zagala, menjelaskan kepada Al Jazeera, Jumat, 20 September 2013, pasukan pemerintah terus bergerak maju meraih kemenangan, sebaliknya pemberontak banyak kehilangan wilayah yang dikuasai. "Tiga pemberontak tewas dalam bentrok pagi, sedangkan beberapa prajurit cedera," kata Zagala.
Di hadapan para wartawan di pelabuhan udara Zamboanga, Presiden Aquino III, mengatakan, dia masih memberikan opsi kepada para pemberontak untuk menyerah.
"Bagi saya hidup itu sangat berharga," kata Aquino, seraya meminta pemberontak segera meletakkan senjata. "Kalian mungkin mempertimbangkan bahwa hidup Anda juga berharga," ucapnya. "Masih belum terlambat untuk mengakhiri ini, kita bisa menghentikan kematian atau luka-luka. Semua itu terletak di tangan Anda," jelasnya.