Tokoh Oposisi Rusia Dihukum, Putin Didemo Lagi
Editor
Sita Planasari A
Jumat, 19 Juli 2013 11:13 WIB
TEMPO.CO, Moscow — Ribuan orang berkumpul di jalanan Kota Moskow memprotes putusan pengadilan yang menghukum Alexei Navalny atas tuduhan penggelapan, Kamis, 18 Juli 2013 waktu setempat. Dukungan terhadap pengkritik nomor satu Presiden Vladimir Putin itu dilakukan massa karena mereka menilai hukuman dilakukan untuk membungkam kritik Navalny.
Navalny yang baru saja mengumumkan pencalonan dirinya sebagai Wali Kota Moskow, divonis 5 tahun penjara oleh pengadilan Kirov karena menggelapkan timah dari perusahaan negara, KirovLes, senilai 16 juta rubel atau Rp 5 miliar. Kasus yang dibantah Navalny itu terjadi saat ia menjabat sebagai penasihat Gubernur Kirov pada tahun 2009.
“Seharusnya kami ke museum, tapi putusan Navalny menyebabkan kami berada di sini,” kata Anna Abdelkhabi, ibu tiga anak yang turut berunjuk rasa bersama anak-anaknya. “Memang saya sudah memperkirakan putusan bersalah ini, tapi tadinya masih ada sedikit harapan,” ujar Anna dengan sedih.
Para demonstran yang dikoordinasi melalui akun Facebook, muncul di Lapangan Manezh Square, dekat Lapangan Merah Kremlin. Namun lokasi demonstrasi ternyata telah diblokade polisi. Akhirnya, massa berkumpul di jalanan dekat Lapangan Manezh dan dekat gedung Duma, parlemen Rusia.
Polisi membubarkan paksa demonstran sebelum tengah malam, seperti dilansir Gazeta.ru. Dan tak kurang dari 100 orang ditahan.
Putusan pengadilan ini merupakan penumpasan terhadap aktivis Rusia yang paling baru, setelah Putin kembali terpilih sebagai presiden pada Maret 2012 lalu. Kremlin telah menangkap sejumlah aktivis oposisi dan membungkam kritik dengan mengeluarkan aturan denda bagi warga yang berunjuk rasa tanpa izin.
Perkembangan terbaru menunjukkan jaksa kasus Navalny justru memprotes putusan hakim yang memaksa Navalny sebagai tahanan rumah hingga putusan bandingnya ditetapkan. “Biarlah dia bebas, meski dengan batasan bepergian,” pinta jaksa kepada hakim dalam persidangan hari ini.
Navalny dikenal sebagai aktivis anti-korupsi sejak menuliskan kasus-kasus miring perusahaan negara Rusia di blog-nya pada tahun 2008. Dengan bantuan sukarelawan dan sejumlah pengacara, ia juga mengunggah data pejabat pemerintah dan anggota parlemen yang memiliki aset rahasia di luar negeri, bahkan kewarganegaraan ganda.
Pria berusia 37 tahun itu menulis dalam blog-nya bahwa Partai Rusia Bersatu milik Putin adalah sekumpulan “bandit dan penjahat.” Dalam blog-nya yang diikuti ratusan ribu orang itu, Navalny juga menuliskan janji-janji Putin selama kampanye yang diingkari.
Saat tuduhan kecurangan dalam proses pemilu parlemen 2011 menguat, pria alumnus Yale University dari Amerika Serikat itu menjadi salah satu pemimpin pergerakan menentang Putin.
Juru bicara Gedung Putih, Jay Carney, mengungkapkan Amerika Serikat kecewa atas putusan Navalny. Sedangkan Uni Eropa melalui Ketua Hubungan Internasional Chaterine Ashton menegaskan, putusan itu menyisakan pertanyaan serius terhadap hukum Rusia.
Dari Jerman, juru bicara Kanselir Angela Merkel menyatakan, persidangan ayah dua anak itu menyisakan keraguan, apakah masalah kriminal memang menjadi motif utama.
Namun, Kremlin membantah tudingan bahwa Putin menggunakan yudikatif untuk membungkam penentangnya.
AP | BBC | SITA PLANASARI AQUADINI
Berita Terpopuler:
Ansor: Berlagak Jagoan, Warga Lawan FPI
Begini Kronologi Bentrok FPI di Kendal
7 Bisnis Spektakuler Incaran Yusuf Mansur
Dahlan Iskan:Yusuf Mansur Mau Beli Bank Muamalat
Dahlan: Saya Tak Mau Nama Yusuf Mansur Jelek