TEMPO.CO, Kairo - Pada Rabu malam, ketika panglima militer Mesir mengumumkan pelengseran Mohamed Mursi, jalan-jalan di sekitar Tahrir Square berubah menjadi "malam karnaval". Tapi tidak semua orang di sana bergembira merayakan. Di antara massa yang menari, bernyanyi, dan membunyikan klakson, lebih dari 80 perempuan menjadi sasaran serangan seksual, pelecehan, atau pemerkosaan massal. Di Tahrir Square sejak Minggu, ketika protes terhadap Mursi pertama dimulai, ada setidaknya 169 serangan seksual terhadap kaum wanita.
"Mesir kini jadi surga pelecehan seksual," kata Soraya Bahgat, salah satu pendiri tahrir Bodyguard, sebuah kelompok yang menyelamatkan wanita dari serangan. "Kita bicara tentang serangan seksual massal, dari menelanjangi wanita hingga memperkosanya," katanya.
Sejak Minggu, aktivis mengatakan setidaknya seorang wanita telah diperkosa di bawah ancaman benda tajam. Kejahatan tersebut telah endemik di Tahrir Square, katanya, setidaknya sejak revolusi 2011, tetapi mereka tidak pernah didokumentasikan. "Banyak korbannya enggan bersaksi," katanya.
Dalam serangan yang khas, sekelompok laki-laki mengepung satu perempuan, dan mulai merobek pakaian mereka sampai mereka telanjang. Beberapa wanita mengaku diraba-raba.
"Tiba-tiba, aku berada di tengah, dikelilingi oleh ratusan orang dalam lingkaran yang semakin kecil di sekitar saya," seorang wanita menyatakan. "Pada saat yang sama, mereka menyentuh dan meraba-rabaku di mana-mana dan ada begitu banyak tangan di bawah bajuku dan di dalam celanaku."
Sejak November lalu, bantuan sudah mulai diberikan. Dua kelompok, Operation Anti-Sexual Harassment (OpAntish) dan Tahrir Bodyguard memiliki regu penyelamat yang berpatroli alun-alun dalam kelompok sekitar 15 orang. Kedua organisasi memiliki taktik yang sedikit berbeda, tetapi metode mereka secara umum sama. Mereka berusaha untuk melawan para penyerang, kadang-kadang dengan penyembur api, dan memberi pakaian pada wanita yang ditelanjangi. Beberapa penyelamat juga menjadi korban serangan saat membantu.
Pelecehan seksual tidak secara tegas didefinisikan dalam hukum Mesir, yang membuat pengadilan bagi pelaku sulit. Di sisi lain, saat kaum wanita melaporkan serangan, kasus mereka tidak dianggap serius oleh polisi. "Kasus yang dilaporkan ke polisi ditangani secara menjijikkan," kata Mariam Kirollos, organizer OpAntish, dan aktivis hak-hak perempuan. "Mereka tidak dianggap serius. Dalam beberapa kasus, gadis yang mengajukan laporan polisi bahkan dilecehkan."
GUARDIAN | TRIP B
Berita terkait
Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui
8 September 2017
Mesir memblokir situs Human Rights Watch sehari setelah organisasi tersebut merilis laporan tentang penyiksaan sistematis di penjara negara itu
Baca SelengkapnyaMesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan
31 Agustus 2017
Pada 30 Agustus 2017, Kedutaan Besar RI di Kairo menerima informasi dari kantor pusat Imigrasi Mesir bahwa pemerintah Mesir menyetujui pemulangan.
Baca SelengkapnyaPPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat
10 Agustus 2017
Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Pangeran Arsyad Ihsanul Haq mengatakan 2 mahasiswa Sumatera Barat ditahan polisi Mesir
Baca SelengkapnyaMesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika
24 Juli 2017
Pangkalan militer Mesir terbesar di Timur Tengah dan Afrika berlokasi di kota El Hammam, di sebelah barat Alexandria.
Baca SelengkapnyaBeri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui
15 Juni 2017
Para orang tua di Mesir terancam dipenjara hingga enam bulan lamanya jika memberi nama asing atau Barat kepada bayi mereka.
Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas
27 Mei 2017
Gerombolan pria bersenjata, bertopeng, dan berseragam militer menyerang bus yang mengangkut umat Kristen Koptik Mesir, 23 orang tewas.
Baca SelengkapnyaTuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat
8 Mei 2017
Rektor Universitas Al-Azhar Ahmed Hosni Taha dipecat karena melabeli seorang pendakwah dengan istilah murtad
Baca SelengkapnyaMesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek
6 Mei 2017
Malek yang menjalani tahanan rumah sekjak Oktober 2015.
Baca SelengkapnyaMesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia
5 Mei 2017
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung zona damai sebagaimana disampaikan Putin kepada Trump.
Baca SelengkapnyaSeniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia
4 Mei 2017
Saad Mohammed asal Mesir membutuhkan waktu tiga tahun untuk menulis Al Quran terbesar di dunia.
Baca Selengkapnya