TEMPO.CO, Washington - Kantor berita Associated Press pada hari Senin mengatakan pemerintah AS diam-diam menyalin catatan telepon kantor mereka dan beberapa wartawan untuk jangka waktu dua bulan pada tahun 2012. Mereka menggambarkan tindakan ini sebagai "besar-besaran dan intrusi yang belum pernah terjadi sebelumnya" dalam praktik jurnalistik di AS.
Chief Executive AP, Gary Pruitt, dalam sebuah surat yang diposting di website mereka, menyatakan AP diberitahu Jumat lalu bahwa Departemen Kehakiman mengumpulkan catatan selama lebih dari 20 saluran telepon yang ditetapkan untuk kantor mereka dan wartawannya.
"Tidak akan ada pembenaran yang mungkin untuk sebuah koleksi diam-diam dari komunikasi telepon Associated Press dan wartawannya," kata Pruitt dalam surat itu, yang ditujukan kepada Jaksa Agung Eric Holder.
Sebuah laporan AP tak menyebut mengapa pemerintah berkepentingan mengetahui catatan telepon mereka. Namun sebelumnya, pejabat AS pernah menyatakan Kejaksaan di District of Columbia telah melakukan penyelidikan kriminal atas informasi yang terkandung dalam laporan AP tanggal 7 Mei 2012. Dalam laporan itu AP bercerita tentang operasi CIA di Yaman yang berhasil mencegah rencana Al Qaeda untuk meledakkan bom di pesawat menuju Amerika Serikat.
Lima wartawan dan editor yang terlibat dalam cerita itulah di antara mereka yang teleponnya disadap oleh pemerintah, kata AP.
Catatan telepon yang 'diintip' pemerintah adalah selama periode April dan Mei 2012. Sedang biro AP yang disadap adalah di New York, Hartford, dan Washington. Di antara nomor yang diintip adalah untuk keperluan faksimili.
REUTERS | TRIP B
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya