TEMPO.CO, Boston - Seorang pejabat federal mengatakan kepada CNN pada hari Sabtu bahwa pelaku bom Boston mengalami cedera pada lehernya dan mungkin tidak dapat berbicara. Ia menyatakan, hal ini mungkin menghalangi upaya oleh otoritas untuk mengorek motif serangan itu. Selain mengalami luka di tenggorokan, ia juga kehabisan banyak darah.
Dengan seorang terduga tewas, pihak berwenang kini hanya mengandalkan keterangan Dzhokar Tsarnaev, 19 tahun, yang ditangkap kemarin. Ia diketahui bersembunyi dalam perahu di belakang sebuah rumah di pinggiran Boston.
Polisi menjaga ketat Beth Israel Deaconess Medical Center, tempat Dzhokar dirawat dalam kondisi serius dan terluka.
Dzhokar dan kakaknya, Tamerlan Tsarnaev, dituduh memasang dua bom di dekat garis finis dalam lomba lari Boston Marathon, Senin, yang menewaskan tiga orang dan menyebabkan lebih dari 170 orang terluka. Seorang pejabat Departemen Kehakiman, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada CNN, remaja itu akan menghadapi tuduhan ganda, yaitu terorisme federal dan pembunuhan.
Kepala Kepolisian Watertown, Edward Deveau, mengatakan, sejauh ini, bukti menunjukkan bahwa dua bersaudara itu bertindak sendirian dalam pengeboman tersebut. "Dari apa yang saya tahu, mereka berdua bertindak sendiri," kata Deveau. "Tapi saya pikir kita harus selalu waspada, dan kami belajar sambil jalan."
Motif pengeboman masih menjadi pertanyaan banyak orang, tak terkecuali Presiden Amerika Serikat Barack Obama. "Mengapa orang-orang muda yang tumbuh dan belajar di sini sebagai bagian dari masyarakat kita dan negara kita melakukan kekerasan seperti itu? Bagaimana mereka merencanakan dan melakukan serangan ini? Dan apakah mereka menerima bantuan? Keluarga korban yang tewas membutuhkan jawaban," katanya dalam sebuah pidato yang disiarkan melalui televisi, mengomentari penangkapan Dzhokar.
CNN | TRIP B
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya