TEMPO.CO, Jakarta - Tak mudah bagi tim antiteroris SWAT dan polisi federal (FBI) untuk membekuk Tarmelan dan Dzhokhar Tsarnaev yang diduga sebagai pelaku pengeboman di Boston. Diperlukan waktu sekitar 38 jam guna menaklukkan kakak-beradik itu. Bahkan polisi menurunkan robot untuk meringkus mereka.
Pengerahan robot itu dilakukan setelah polisi menerima telepon dari seorang penduduk pada Jumat malam, pukul 20.45. "Satu warga mengabarkan ada mayat dalam kapal, di belakang rumahnya, Franklin Street," CNN menuliskan.
Awalnya, si empunya kapal melihat bercak darah pada dinding kapal. Ketika mengangkat terpal penutup kapal, ia melihat ada orang tergeletak berlumuran darah. Dia menduga orang itu adalah Dzhokhar, pelaku pengeboman yang tengah diburu polisi. "Dia pikir si tersangka sudah meninggal," masih berdasarkan tulisan CNN.
Setelah mendapat kabar tentang keberadaan tersangka, Team 5 Investigates langsung menyerbu lingkungan di Franklin Street. Sempat terjadi kontak senjata, FBI akhirnya menurunkan robot tanpa awak. Helikopter berteknologi inframerah juga dikerahkan guna memindai panas tubuh Dzhokhar. "Kami menyingkap terpal dengan menggunakan robot," kata David Procopio dari Kepolisian Negara Massachusetts.
Awalnya, Dzhokhar Tsarnaev sempat menolak ditangkap, tapi akhirnya dia menyerahkan diri. Polisi pun meminta dia mengangkat kemejanya untuk memastikan tak ada bom yang menempel di tubuhnya.
CNN | BOSTON CHRONICLE | CORNILA
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya