TEMPO.CO, Boston - Puluhan polisi dari berbagai kesatuan di Watertown, Boston --sebagian berseragam SWAT dan memakai helm pelindung-- terus memburu salah satu pelaku bom Boston Marathon yang lolos dari kejaran petugas, Jumat dini hari waktu setempat, 19 April 2013.
Polisi yakin dua pelaku, salah satunya tewas ditembak aparat, dalam adegan tembak menembak di kampus Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Cambridge, terlibat dalam ledakan bom Boston Marathon yang menewaskan tiga orang dan melukai 178 lainnya.
Salah satu pelaku diduga kuat masih berkeliaran di pinggiran Boston, Watertown. Kota ini sudah dikepung dan dikunci rapat oleh petugas berseragam. Seluruh pojok jalan dijaga ketat aparat keamanan dari berbagai kesatuan.
Juru bicara keamanan setempat mengatakan kepada CNN, mereka mengerahkan seluruh agen keamanan ke Watertown untuk melakukan tekanan terhadap pelaku yang diduga terlibat dalam ledakan Marathon, Senin, dan kekerasan Jumat, 19 April 2013.
Polisi terus memburu tersangka pelaku ledakan bom dari pintu ke pintu dan di setiap jalan di kawasan Watertown. Bahkan seluruh penjuru jalan menuju Watertown ditutup rapat. Petugas juga meminta warga mengunci pintu rumah dan menjauh dari cendela.
Sedikitnya satu orang, jelas polisi, diduga menggunakan bahan peledak guna melawan petugas. "Kami menahan seorang tersangka yang kemungkinan menggunakan bahan peledak untuk menyerang polisi," kata Dave Procopio kepada CNN.
CNN | CHOIRUL
Topik Hangat:
Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Serangan Penjara Sleman | Harta Djoko Susilo
Berita Terpopuler:
Kena Gusur, Warga Waduk Pluit Marah pada Jokowi
Begini Tampang Tersangka Bom Boston sesuai CCTV
Lion Air Jatuh, Boeing Beri Penghargaan Pilot
Jokowi Dilarang 'Nyapres'
Jokowi Tak Suka Ujian Nasional
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya