TEMPO.CO, Boston - Penanganan kasus Bom Boston menemukan titik terang baru, dengan ditemukannya rekaman video amatir yang membidik seorang pria yang diduga kuat sebagai pelaku. CNN, yang mengaku mendapatkan informasi dari sumber FBI, menyatakan dua pria telah ditahan. Namun, mereka buru-buru meralat dengan menyatakan tak ada penahanan.
Namun, Associated Press tetap dalam laporan mereka bahwa seseorang pria ditahan menyusul beredarnya video itu. Sedangkan LA Times, berdasarkan sumber pejabat FBI, menyatakan dua orang dalam pengejaran setelah video amatir menunjukkan "dua orang dengan dua ransel" berbicara melalui ponselnya sebelum dan saat bom pertama meledak.
Bagaimana FBI melacak penjahat berdasar percakapan ponsel? Triangulasi ponsel adalah metode pelacakan terkenal dalam industri nirkabel dan digunakan oleh aparat penegak hukum di negara mana pun.
Michael Barker, yang bekerja pada Cell-Loc, sebuah perusahaan pelacakan mobile, menjelaskan bagaimana individu dapat dilacak berdasar perangkat ponsel mereka. "Setiap kali ponsel aktif, secara berkala ponsel mengirimkan pesan pada perusahaan provider telepon, semacam 'Di sinilah aku! Inilah aku!'," Barker mengatakan.
Pesan itu berisi nomor seri elektronik ponsel dan memberitahu penyedia layanan bila telepon masuk dan keluar dari jangkauan menara seluler.
Agen federal, katanya, dapat dengan mudah mendapatkan kontak dengan perusahaan layanan telepon dan mendapatkan lokasi menara seluler terdekat dalam kontak dengan telepon yang diaktifkan dalam satu kurun waktu tertentu. "Penegakan hukum kemudian dengan perangkat yang dirancang untuk melakukan pelacakan sinyal menentukan lokasi dalam radius satu mil," kata Barker.
Dari sana, mereka memilah siapa yang paling mungkin melakukan kontak telepon pada waktu tertentu. Untuk kasus bom Boston, juga akan dicocokkan dengan rekaman dalam video amatir itu. "Akan makin mudah," tulis Daily Mail.
MAIL ONLINE | TRIP B
Topik terhangat:
Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Harta Djoko Susilo
Berita lainnya:
Bom Boston, Inilah Para Korban Tewas
Bom Boston Marathon, Polisi Rasis?
Rusia Tawarkan Bantu Investigasi Bom Boston
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya