TEMPO.CO, Boston -- Penyidik ledakan yang diduga bom di ajang Boston Maraton telah mengeluarkan pernyataan yang cukup rasis. Kepada media mereka mengatakan tengah mencari pria berkulit hitam atau gelap. Dan menurut mereka, tersangka mungkin memiliki aksen asing.
"Ia terlihat berusaha memasuki area perlombaan sambil membawa ransel dan kaus hitam, lima menit sebelum ledakan," tulis IB Times yang melansir CNN. "Setelah meninggalkan ransel, si pria kembali berjalan dan menutup kepala dengan kerudung kausnya." (Lihat juga: VIDEO Bom Meledak di Boston, #prayforboston)
Dalam situs LA Times, penyidik telah menanyai satu pemuda berkewarganegaraan Arab Saudi yang tengah menjalani perawatan karena luka bakar. "Pria itu dianggap sebagai orang yang berkepentingan dalam bom Boston, tapi tidak dicurigai," tulis LA Times.
Seorang pejabat Kedutaan Arab Saudi di Amerika membenarkan kabar itu. Kata dia, si pemuda adalah pelajar yang kuliah pada satu universitas di Boston karena mendapat beasiswa dari pemerintah Arab Saudi. Usianya sekitar 20-an tahun dan diperiksa sebagai saksi. "Ia bukan tersangka," kata si pejabat. "Dan kami belum mengetahui adanya tersangka dari Arab atau orang Arab yang menarik perhatian penyidik."
Selain mencari pria berkulit gelap, penyidik juga mencurigai orang yang membawa tas ransel. Sebab, berdasarkan temuan di lokasi ledakan, mereka curiga bila pelaku membawa bom menggunakan ransel hitam. Karena itu, penyidik memerintahkan pengawasan ketat di Bandara Internasional Boston Logan dan Bandar Udara La Guardia di New York. "Terutama terhadap orang yang membawa tas mencurigakan," tulis Chicago Tribune.
Kemudian, mereka juga mencari jejak mobil van berwarna kuning. Namun, penyidik tak memberikan keterangan jelas terkait pencariannya itu.
BERBAGAI SUMBER | CORNILA
Topik Terhangat:
Lion Air Jatuh | Serangan Penjara Sleman| Harta Djoko Susilo | Nasib Anas
Baca juga:
EDISI KHUSUS Tipu-Tipu Jagad Maya
Bom Boston, Ini Kesaksian Jurnalis Boston.com
Bom Boston Sebenarnya Ada 7, Meledak 2
Wawancara dengan Ustad Berpengaruh di New York
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya