TEMPO.CO, Nicosia - Menteri Keuangan Siprus, Michael Sarris, mengundurkan diri menyusul krisis moneter yang kian tak terkendali di negeri itu. Berita mundurnya Sarris mulai merebak setelah pembicaraan dengan pemberi pinjaman asing yang membuat kerugian yang belum pernah terjadi sebelumnya pada nasabah bank.

Siprus sebelumnya mengumumkan pelonggaran sebagian kontrol mata uang, memungkinkan transaksi keuangan tanpa persetujuan bank sentral. Sarris, yang dikirim ke Moskow bulan lalu untuk mencari bantuan, kembali dengan tangan kosong.

Saat ini, dia bersama beberapa orang di bawah pengawasan oleh sebuah tim yang kini melakukan investigasi untuk mencari penyebab runtuhnya sistem perbankan negara itu. Pengunduran dirinya telah diterima oleh pemerintah. "Saya percaya bahwa untuk memudahkan investigasi, maka sebaiknya saya mengundurkan diri," katanya, saat mengumumkan pengunduran dirinya.

Krisis keuangan di negara kepulauan ini memaksa perbankan ditutup selama dua pekan sambil menunggu pemerintah merundingkan bailout senilai lebih dari 10 miliar euro dengan Dana Moneter Internasional dan Uni Eropa. Berdasarkan kesepakatan itu, deposito bank lebih dari 100.000 euro bisa dikenakan biaya (pajak) 9,9 persen dan 6,75 persen di bawah ambang batas tersebut.

Status Siprus sebagai 'jembatan' keuangan Eropa hancur dalam waktu dua minggu setelah pemerintah dipaksa menutup satu bank dan membuat kerugian besar pada deposan kaya dalam hitungan detik.

REUTERS | TRIP B