TEMPO.CO, Manila - Sejumlah pria bersenjata pendukung Kesultanan di Filipina menduduki sebuah perkampungan di Sabah, Malaysia Timur.
Pria bersenjata yang diperkirakan berjumlah 100 orang itu menolak pergi dari perkampungan tersebut. Menurut mereka, perkampungan itu masuk ke dalam wilayah Kepulauan Sulu, wilayah Kesultanan di Filipina Selatan.
Pada Rabu, 20 Februari 2013, Jamalul Kiram III, bekas Sultan Sulu dan orang terhormat di provinsi selatan Filipina, menolak perdamaian antara pemerintah Filipina dengan pemberontak muslim. Dalam pernyataannya dia mengatakan menolak menarik para pendukungnya dari Sabah.
Sejumlah pengamat memperingatkan bahwa kesepakatan damai yang diteken oleh pemerintah Filipina dan pemberontak muslim pada Oktober 2012 lalu dilakukan demi mengakhiri 40 tahun konflik di Filipina Selatan.
Jamalul mengatakan, kesepakatan damai yang mereka teken berisi pernyataan menyerahkan wilayah Sulu ke Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dengan mengabaikan peran Sultan.
"Saya tak mengerti apa yang pemerintah lalukan. Saya tak paham mengapa, bukannya berpihak kepada kami sebagai bangsa Filipina, melainkan kepada Malaysia," kata Jamalul.
Jamalul menjelaskan, para pendukungnya telah pergi ke Malaysia sebagai bentuk protes karena kesepakatan tersebut tiak fair. Mereka tidak akan mundur meskipun kekurangan makanan dan air dalam beberapa minggu.
"Kami tidak mau mengalah. Kami tidak akan meninggalkan (Sabah). Kalau saatnya mati, kami akan mati," katanya.
Angkatan Bersenjata Kepolisian Malaysia dengan senapan mesin mengelilingi perkampungan di kawasan tanaman kelapa sawit. Pejabat Malaysia menerangkan, lebih dari sepekan tuntutan kelompok ini tidak dipenuhi dan mereka akan segera dideportasi tanpa menjelaskan secara khusus bagaimana caranya.
Jamalul mengatakan, para pengikutnya memerlukan pengakuan dari Malaysia sebagai pemilik hak sepenuhnya atas Sabah dan berunding ulang soal penyewaan tanah dengan perusahaan Inggris.
Di masa penjajahan Inggris, Malaysia membayar sejumlah uang -dalam betuk koin- kepada Sultan Sulu setiap tahun sebagai pembayaran sewa tanah Sabah.
Jamalul mengatakan bahwa keluarga Kerajaan Sulu menuntut diikutsertakan dalam setiap perundingan damai sebab kawasan Kesultanan lama merupakan bagian dari otonomi khusus kawasan muslim. Namun, permintaan mereka ditolak pemerintah Filipina. "Kami siap berunding dengan Malaysia untuk memecahkan kebuntuan ini."
AL JAZEERA | CHOIRUL
Baca juga:
Beda Perlakuan Rasyid dan Jamal, Ini Kata Kapolda
Rasyid Rajasa Diancam Hukuman 6 Tahun Penjara
Hatta Rajasa Komentari Sidang Perdana Rasyid
Kondisi Sehat, Rasyid Jalani Sidang Perdana
237 Orang Tandatangani Petisi Penahanan Rasyid
Berita terkait
Abu Sayyaf Serang Permukiman Dinihari Tadi, 9 Warga Dibunuh
21 Agustus 2017
Sekitar 60 milisi Abu Sayyaf menyerang Kota Maluso di Pulau Basilian, Filipina selatan, dinihari tadi, menyebabkan 9 warga sipil tewas dan 10 terluka.
Baca SelengkapnyaDuh, Duterte Sebut Universitas Oxford Tempat Kuliah Orang Bodoh
27 Juli 2017
Duterte mencerca Oxford setelah universitas itu merilis hasil penelitian perihal sang presiden dan buzzer atau penggaung di media sosial.
Baca SelengkapnyaMelukis Gunakan Darah, Begini Hasilnya --Oops
8 Juli 2017
Kel Cruz, seniman asal Kota Quezon, Filipina menggunakan berbagai elemen unik termasuk darah untuk melukis
Baca SelengkapnyaFilipina Umumkan Presiden Duterte Masih Hidup dan Sehat
27 Juni 2017
Pemerintah Filipina akhirnya angkat bicara soal keberadaan Presiden Rodrigo Duterte yang belakangan diisukan sakit berat karena jarang terlihat.
Baca SelengkapnyaMiliter Filipina: Militan ISIS di Marawi Menyamar Jadi Pengungsi
29 Mei 2017
Sejak peperangan berlangsung, hampir 200 ribu penduduk Marawi mengungsi ke Iligan berjarak sektar 38 kilometer ke arah utara.
Baca SelengkapnyaLelucon Kontraversial Duterte, Izinkan Tentara Perkosa 3 Wanita
28 Mei 2017
Presiden Rodrigo Duterte dengan nada bercanda, membuat lelucon bahwa anggota militer dapat memperkosa sampai 3 wanita.
Baca SelengkapnyaSituasi Marawi Mencekam, KJRI Terus Berkomunikasi dengan WNI
27 Mei 2017
Iqbal menjelaskan ke-17 WNI dalam keadaan baik tinggal di Kota Marawi.
Baca SelengkapnyaGereja Filipina: Duterte Terapkan Darurat Militer Lawan ISIS
25 Mei 2017
Uskup memperingatkan warga Marawi agar berhati-hati dan bekerjasama dengan militer.
Baca SelengkapnyaMelawan ISIS, Militer Filipina Lancarkan Serangan ke Marawi
25 Mei 2017
Angkatan Bersenjata Filipina mengerahkan sekitar 100 pasukan didukung oleh helikopter guna merebut Marawi dari tangan Maute.
Baca SelengkapnyaIni Profil Kelompok Maute, Pelaku Serangan Marawi
24 Mei 2017
Kelompok Maute yang juga dikenal sebagai Dawlah Islamiya Filipina kini menjadi sorotan atas serangannya terhadap Kota Marawi, Selasa lalu.
Baca Selengkapnya