Loyalis Sultan Filipina Duduki Sabah  

Reporter

Kamis, 21 Februari 2013 12:22 WIB

Murad Ebrahim (tengah), pemimpin Front Pembebasan Islam Moro (MILF). REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Manila - Sejumlah pria bersenjata pendukung Kesultanan di Filipina menduduki sebuah perkampungan di Sabah, Malaysia Timur.

Pria bersenjata yang diperkirakan berjumlah 100 orang itu menolak pergi dari perkampungan tersebut. Menurut mereka, perkampungan itu masuk ke dalam wilayah Kepulauan Sulu, wilayah Kesultanan di Filipina Selatan.

Pada Rabu, 20 Februari 2013, Jamalul Kiram III, bekas Sultan Sulu dan orang terhormat di provinsi selatan Filipina, menolak perdamaian antara pemerintah Filipina dengan pemberontak muslim. Dalam pernyataannya dia mengatakan menolak menarik para pendukungnya dari Sabah.

Sejumlah pengamat memperingatkan bahwa kesepakatan damai yang diteken oleh pemerintah Filipina dan pemberontak muslim pada Oktober 2012 lalu dilakukan demi mengakhiri 40 tahun konflik di Filipina Selatan.

Jamalul mengatakan, kesepakatan damai yang mereka teken berisi pernyataan menyerahkan wilayah Sulu ke Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dengan mengabaikan peran Sultan.

"Saya tak mengerti apa yang pemerintah lalukan. Saya tak paham mengapa, bukannya berpihak kepada kami sebagai bangsa Filipina, melainkan kepada Malaysia," kata Jamalul.

Jamalul menjelaskan, para pendukungnya telah pergi ke Malaysia sebagai bentuk protes karena kesepakatan tersebut tiak fair. Mereka tidak akan mundur meskipun kekurangan makanan dan air dalam beberapa minggu.

"Kami tidak mau mengalah. Kami tidak akan meninggalkan (Sabah). Kalau saatnya mati, kami akan mati," katanya.

Angkatan Bersenjata Kepolisian Malaysia dengan senapan mesin mengelilingi perkampungan di kawasan tanaman kelapa sawit. Pejabat Malaysia menerangkan, lebih dari sepekan tuntutan kelompok ini tidak dipenuhi dan mereka akan segera dideportasi tanpa menjelaskan secara khusus bagaimana caranya.

Jamalul mengatakan, para pengikutnya memerlukan pengakuan dari Malaysia sebagai pemilik hak sepenuhnya atas Sabah dan berunding ulang soal penyewaan tanah dengan perusahaan Inggris.

Di masa penjajahan Inggris, Malaysia membayar sejumlah uang -dalam betuk koin- kepada Sultan Sulu setiap tahun sebagai pembayaran sewa tanah Sabah.

Jamalul mengatakan bahwa keluarga Kerajaan Sulu menuntut diikutsertakan dalam setiap perundingan damai sebab kawasan Kesultanan lama merupakan bagian dari otonomi khusus kawasan muslim. Namun, permintaan mereka ditolak pemerintah Filipina. "Kami siap berunding dengan Malaysia untuk memecahkan kebuntuan ini."

AL JAZEERA | CHOIRUL

Baca juga:

Beda Perlakuan Rasyid dan Jamal, Ini Kata Kapolda

Rasyid Rajasa Diancam Hukuman 6 Tahun Penjara

Hatta Rajasa Komentari Sidang Perdana Rasyid

Kondisi Sehat, Rasyid Jalani Sidang Perdana

237 Orang Tandatangani Petisi Penahanan Rasyid

Berita terkait

Abu Sayyaf Serang Permukiman Dinihari Tadi, 9 Warga Dibunuh

21 Agustus 2017

Abu Sayyaf Serang Permukiman Dinihari Tadi, 9 Warga Dibunuh

Sekitar 60 milisi Abu Sayyaf menyerang Kota Maluso di Pulau Basilian, Filipina selatan, dinihari tadi, menyebabkan 9 warga sipil tewas dan 10 terluka.

Baca Selengkapnya

Duh, Duterte Sebut Universitas Oxford Tempat Kuliah Orang Bodoh

27 Juli 2017

Duh, Duterte Sebut Universitas Oxford Tempat Kuliah Orang Bodoh

Duterte mencerca Oxford setelah universitas itu merilis hasil penelitian perihal sang presiden dan buzzer atau penggaung di media sosial.

Baca Selengkapnya

Melukis Gunakan Darah, Begini Hasilnya --Oops

8 Juli 2017

Melukis Gunakan Darah, Begini Hasilnya --Oops

Kel Cruz, seniman asal Kota Quezon, Filipina menggunakan berbagai elemen unik termasuk darah untuk melukis

Baca Selengkapnya

Filipina Umumkan Presiden Duterte Masih Hidup dan Sehat

27 Juni 2017

Filipina Umumkan Presiden Duterte Masih Hidup dan Sehat

Pemerintah Filipina akhirnya angkat bicara soal keberadaan Presiden Rodrigo Duterte yang belakangan diisukan sakit berat karena jarang terlihat.

Baca Selengkapnya

Militer Filipina: Militan ISIS di Marawi Menyamar Jadi Pengungsi

29 Mei 2017

Militer Filipina: Militan ISIS di Marawi Menyamar Jadi Pengungsi

Sejak peperangan berlangsung, hampir 200 ribu penduduk Marawi mengungsi ke Iligan berjarak sektar 38 kilometer ke arah utara.

Baca Selengkapnya

Lelucon Kontraversial Duterte, Izinkan Tentara Perkosa 3 Wanita

28 Mei 2017

Lelucon Kontraversial Duterte, Izinkan Tentara Perkosa 3 Wanita

Presiden Rodrigo Duterte dengan nada bercanda, membuat lelucon bahwa anggota militer dapat memperkosa sampai 3 wanita.

Baca Selengkapnya

Situasi Marawi Mencekam, KJRI Terus Berkomunikasi dengan WNI  

27 Mei 2017

Situasi Marawi Mencekam, KJRI Terus Berkomunikasi dengan WNI  

Iqbal menjelaskan ke-17 WNI dalam keadaan baik tinggal di Kota Marawi.

Baca Selengkapnya

Gereja Filipina: Duterte Terapkan Darurat Militer Lawan ISIS

25 Mei 2017

Gereja Filipina: Duterte Terapkan Darurat Militer Lawan ISIS

Uskup memperingatkan warga Marawi agar berhati-hati dan bekerjasama dengan militer.

Baca Selengkapnya

Melawan ISIS, Militer Filipina Lancarkan Serangan ke Marawi

25 Mei 2017

Melawan ISIS, Militer Filipina Lancarkan Serangan ke Marawi

Angkatan Bersenjata Filipina mengerahkan sekitar 100 pasukan didukung oleh helikopter guna merebut Marawi dari tangan Maute.

Baca Selengkapnya

Ini Profil Kelompok Maute, Pelaku Serangan Marawi

24 Mei 2017

Ini Profil Kelompok Maute, Pelaku Serangan Marawi

Kelompok Maute yang juga dikenal sebagai Dawlah Islamiya Filipina kini menjadi sorotan atas serangannya terhadap Kota Marawi, Selasa lalu.

Baca Selengkapnya