PBB Tak Sanggup Atasi Masalah Pengungsi Suriah

Reporter

Rabu, 9 Januari 2013 18:16 WIB

Pengungsi Suriah di kamp pengungsi, Boynuyogun, Turki. AP/Selcan Hacaoglu

TEMPO.CO, Jenewa - Lembaga Program Pangan Dunia (WFP) PBB mengaku tak sanggup lagi mengatasi derita kelaparan para pengungsi Suriah yang mencapai satu juta orang.

Pengakuan tersebut disampaikan juru bicara WFP, Elisabeth Byrs, kepada media, Rabu, 9 Januari 2013. Menurutnya, WFP selama ini berusaha mengatasi penderitaan 1,5 juta pengungsi dari total 2,5 jiwa pengungsi di sana.

Roti dan bahan bakar minyak, komoditi yang disetujui pemerintah untuk disampaikan kepada pengungsi, sangat terbatas. "Partner utama kami, Bulan Sabit Merah Arab Suriah kewalahan dan tak memiliki kapasitas untuk meningkatkan bantuan," kata Byrs dalam jumpa pers di Jenewa.

Bulan lalu, PBB mengajukan bantuan senilai US$1,5 miliar atau setara dengan Rp 14,6 triliun guna mengatasi penderitaan rakyat Suriah akibat situasi yang memburuk akibat perang.

Empat juta penduduk di negara tersebut membutuhkan bantuan kemanusiaan sesegera mungkin, termasuk sekitar dua juta orang kehilangan tempat tinggal karena dibombardir pasukan pemerintah untuk mengusir kelompok oposisi.

Menurut Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, sekitar 60 ribu orang telah tewas semenjak konflik yang telah berlangsung selama 21 bulan antara pasukan Presiden Bashar al-Assad dan pemberontak yang mencoba menggulingkan pemerintah.

Pada bagian lain, para pengungsi Suriah frustasi atas kondisi kehidupan yang memilukan di kamp penampungan. Baku hantam terjadi antarmereka di kamp pengungsi Zatari, Selasa pagi waktu setempat, 8 Januari 2012, setelah hujan lebat dan cuaca dingin sehingga memperburuk kondisi pengungsi di sana.

"Insiden dimulai ketika sejumlah besar pengungsi antri seperti biasanya untuk mendapatkan makanan," lapor koresponden Al Jazeera Nasreen El-Shamayleh dari Amman, ibu kota Yordania. Dia menambahkan, pengungsi putus asa akibat cuaca dingin dan hujan yang menimbulkan banjir di tenda mereka.

WFP, jelas El-Shamayleh, kini dihadapkan pada kesulitan menyediakan makanan dan mengatasi para pengungsi Suriah yang kehilangan tempat tinggal, serta akses guna menjangkau ke tempat penyimpanan bahan makanan.

"World Food Progamme terhalang oleh akses yang sulit ke pelabuhan laut Tartous untuk mengambil bahan makanan dan perlengkapan lainnya," kata El-Shamayleh.

Dia mengimbuhhkan, "Hanya lokal partner yang bisa melakukannya, misalnya Bulan Sabit Merah Arab Suriah. Badan ini diizinkan menyalurkan bantuan, meskipun lembaga lainnya diperbolehkan tetapi sangat dibatasi (pemerintah)."

November 2012 lalu, WFP menarik pulang sejumlah staf non-esensial dari Damaskus. Byrs katakan, beberapa stafnya di Kota Homs, Aleppo, Tartous, dan Qamisly, daerah yang paling berbahaya, ditarik keluar.

AL JAZEEERA | AL AKHBAR | CHOIRUL

Berita terkait

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

30 hari lalu

Komnas HAM Minta Pemerintah Segera Tindak Lanjuti Rekomendasi Komite HAM PBB

Komnas HAM apresiasi kesimpulan dan rekomendasi Komite HAM PBB. Meminta pemerintah implementasi kebijakan dan pelaksanaan di pusat serta daerah

Baca Selengkapnya

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

45 hari lalu

Cawe-cawe Jokowi Dipertanyakan dalam Sidang PBB, TPN: Cerminan Citra Jokowi di Mata Dunia

TPN Ganjar-Mahfud menilai sosoran PBB soal cawe-cawe Jokowi, telah membuat citra bekas Wali Kota Solo itu menjadi buruk di mata dunia.

Baca Selengkapnya

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

13 Februari 2024

Laporan PBB: Situasi Satwa Liar di Bumi Mencemaskan

Hiu bambu dan tiga satwa liar yang hidup di Indonesia masuk dalam laporan PBB. Ribuan spesies yang bermigrasi dalam situasi mengkhawatirkan.

Baca Selengkapnya

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

9 Februari 2024

Negara Pesisir Samudera Hindia Rawan Tsunami, Kepala BMKG: Perkuat Mitigasi dan Peringatan Dini

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengajak negara pesisir Samudera Hindia untuk menggenjot sistem mitigasi tsunami, mencakup kesiagaan masyarakat.

Baca Selengkapnya

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

21 September 2023

Mengapa Jokowi Tak Pernah Hadir Langsung Di Sidang Umum PBB?

Presiden Jokowi berulangkali tidak hadir secara langsung dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Baca Selengkapnya

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

20 September 2023

Di PBB, Prakerja Jadi Contoh Kolaborasi Siapkan Tenaga Kerja Tangguh

Pembelajaran sepanjang hayat dan meningkatkan keterampilan menjadi kunci mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDG.

Baca Selengkapnya

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

26 April 2023

Dua Pelajar Putri NU Wakili Indonesia di ECOSOC Youth Forum PBB

Dua kader Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) mewakili Indonesia di forum diskusi internasional ECOSOC Youth Forum PBBB

Baca Selengkapnya

Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja di Kantor PBB

5 April 2023

Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja di Kantor PBB

Larangan Taliban mendorong PBB meminta semua staf - pria dan wanita - untuk tidak masuk kerja selama 48 jam.

Baca Selengkapnya

UGM Tembus 10 Besar Dunia Versi THE University Impact Rankings 2022

29 April 2022

UGM Tembus 10 Besar Dunia Versi THE University Impact Rankings 2022

Pada tahun ini Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menembus posisi 10 besar dunia untuk SDG 1, yaitu No Poverty atau Tanpa Kemiskinan.

Baca Selengkapnya

Siswa MAN 2 Mataram Wakili Indonesia di Simulasi Sidang PBB

2 Maret 2022

Siswa MAN 2 Mataram Wakili Indonesia di Simulasi Sidang PBB

Muhammad Andrianudin, siswa kelas 12 Program Keagamaan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Mataram menjadi wakil Indonesia di simulasi sidang PBB atau MUN.

Baca Selengkapnya