Sejumlah tentara membersihkan laras tank di daerah perbatan jalur Gaza, Isreal, (20/11). Israel siap untuk melakukan gencatan senjata kembali ke Palestina. REUTERS/Yannis Behrakis
TEMPO.CO, Yerusalem - Hari ini, wilayah Gaza dan sekitarnya hening. Tak ada bunyi senjata menyalak atau dentuman meriam. Juga rudal dan roket yang beterbangan di langit. Diharapkan, kondisi ini bisa berlangsung terus setelah delapan hari terakhir diguncang kecamuk.
Ini hari pertama setelah Kamis, 22 November 2012, pukul 02.00 WIB, atau Rabu waktu setempat, 21 November 2012, diberlakukan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Sebelum waktu gencatan tiba, kedua belah pihak menembakkan peluru akhir. Setidaknya satu rudal Israel mendarat pukul 18.57 ET di Gaza dan empat roket diluncurkan ke arah Provinsi Beer Sheva di Israel pukul 18.59 GMT. Setelah pukul 19.00 GMT, langit Gaza bersih dari amunisi.
Gencatan senjata tercapai setelah terjadi pertemuan antara Presiden Mesir Mohammed Morsi dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton. "Ini adalah saat yang kritis bagi wilayah tersebut," kata Clinton saat mengumumkan gencatan senjata bersama Menteri Luar Negeri Mesir Mohamed Kamel Amr.
"Mereka layak bebas dari ketakutan dan kekerasan. Kesepakatan hari ini merupakan langkah ke arah itu," kata Hillary.
Di Tel Aviv, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan persetujuannya terhadap gencatan senjata itu. "Saya setuju bahwa gencatan senjata adalah ide yang baik, dan kami memberikan kesempatan terjadinya hal itu," kata Netanyahu.
Meski begitu, dalam pernyataan juga disebutkan bahwa Israel tidak ragu melakukan tindakan keras untuk melindungi warganya. "Perdana Menteri menegaskan lagi bahwa Israel akan mengambil segala langkah yang diperlukan untuk melindungi warganya."
Perjanjian gencatan senjata itu dicapai sehari setelah diplomasi dua arah yang dilakukan oleh Hillary dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, menyusul konflik mematikan antara Israel dan para pejuang di Gaza