Tentara Sri Lanka Dituding Lakukan Pembantaian

Reporter

Minggu, 11 November 2012 18:26 WIB

Ilustrasi. gizmodo.com

TEMPO.CO, KOLOMBO---Partai Nasional Persatuan (UNP), partai oposisi utama di Sri Lanka Ahad 11 November 2012, mendesak parlemen melakukan penyelidikan independen terhadap kerusuhan penjara yang menewaskan 27 tahanan. Mereka menuding tentara melakukan pembantaian.

“Hampi semua korban tewas dibunuh dengan darah dingin,” kata juru bicara UNP, Mangala Samaraweera seperti dilansir AFP. UNP juga mempertanyakan keputusan pemerintah untuk menurunkan tentara saat kerusuhan. Pasalnya undang-undang darurat perang sebagai dasar penerjunan tentara di wilayah sipil, sudah dicabut.

Inisden ini terjadi Jumat pekan lalu di penjara dengan keamanan maksimun, Welikada, di ibu kota Kolombo. Masalah bermula ketika sekelompok polisi menyerbu penjara itu. Sejumlah tahanan merebut senjata berat milik penjaga dan membuat kerusuhan. Sejumlah tahanan berhasil melarikan diri dari penjara.

Pejabat hingga kini belum mengeluarkan hasil otopsi. Namun Kepala kepolisian Kolombo Anura Senanayake menegaskan sebagian besar korban tewas adalah kriminal kelas berat, beberapa bahkan sedang menjalani hukuman seumur hidup.

Kepala penjara P.W. Koddippili mengatakan hingga kini sipir tengah mencari sejumlah senjata yang masih raib. Tapi ia menolak mengatakan apakan ada tahanan yang berhasil melarikan diri dari penjara.

Kerusuhan Jumat pekan lalu itu merupakan yang terburuk setelah 1983. Saat itu sekitar 50 tahanan etnis Tamil tewas dibantai oleh tahanan bertenis Sinhala.

L ASIAONE | SITA PLANASARI AQUADINI

Berita terkait

Sri Lanka Menolak Kunjungan Kapal Selam Cina  

13 Mei 2017

Sri Lanka Menolak Kunjungan Kapal Selam Cina  

Sri Lanka tidak mungkin memberikan izin perbaikan kapal selam Cina, mengingat kekhawatiran India.

Baca Selengkapnya

Bunuh dan Culik Jurnalis, 5 Intelijen Sri Lanka Ditangkap

21 Februari 2017

Bunuh dan Culik Jurnalis, 5 Intelijen Sri Lanka Ditangkap

Polisi Sri Lanka menangkap lima anggota intelijen militer yang diduga membunuh editor suratkabar terkemuka negara itu dan jurnalis lainnya.

Baca Selengkapnya

Unjuk Rasa Tolak Zona Industri Investor Cina di Sri Lanka  

8 Januari 2017

Unjuk Rasa Tolak Zona Industri Investor Cina di Sri Lanka  

Unjuk rasa protes rencana pemerintah Sri Lanka membangun zona industri para investor Cina di atas lahan warga seluas 6,07 hektar.

Baca Selengkapnya

WHO Menetapkan Sri Lanka Bebas dari Malaria

5 September 2016

WHO Menetapkan Sri Lanka Bebas dari Malaria

Sri Lanka jadi negara kedua yang bebas malaria setelah Maladewa di wilayah kerja WHO kawasan Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Tanah Longsor di Sri Lanka, 400 Orang Diperkirakan Tewas  

18 Mei 2016

Tanah Longsor di Sri Lanka, 400 Orang Diperkirakan Tewas  

Hampir 400 orang dikhawatirkan tewas terkubur tanah longsor, yang dipicu hujan lebat selama tiga hari di Sri Lanka.

Baca Selengkapnya

Batu Safir Bintang Biru Terbesar Dunia Ditemukan di Sri Lanka

6 Januari 2016

Batu Safir Bintang Biru Terbesar Dunia Ditemukan di Sri Lanka

Batu safir bintang biru yang ditemukan di sebuah tambang dekat Kota Ratnapura, Sri Lanka, bernilai sekitar US$ 100 juta (Rp 1,3 triliun).

Baca Selengkapnya

Pemilu Sri Lanka Memanas, 1 Orang Tewas

31 Juli 2015

Pemilu Sri Lanka Memanas, 1 Orang Tewas

Tragedi itu adalah tindakan kekerasan politik besar pertama yang terjadi sebelum pemilihan anggota parlemen.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Usir Intel India karena Campuri Politik  

20 Januari 2015

Sri Lanka Usir Intel India karena Campuri Politik  

Pejabat intelijen India itu diduga mendukung kampanye pemilu oposisi dari balik layar.

Baca Selengkapnya

Hormati Paus, Sri Lanka Bebaskan 572 Narapidana

17 Januari 2015

Hormati Paus, Sri Lanka Bebaskan 572 Narapidana

572 narapidana yang ditangkap karena pelanggaran ringan.

Baca Selengkapnya

Intoleransi Memanas, Paus Fransiskus ke Sri Lanka

13 Januari 2015

Intoleransi Memanas, Paus Fransiskus ke Sri Lanka

Paus dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan umat lintas agama, termasuk perwakilan umat Budha yang moderat.

Baca Selengkapnya