Kerugian Ekonomi Topan Sandy Rp 481 Triliun  

Reporter

Jumat, 2 November 2012 16:06 WIB

Jalanan di sekitar stasiun Con Edison digenangi air dari East River hingga Dumbo di Brooklyn, New York, Amerika Serikat, Senin (29/10). AP/Bebeto Matthews

TEMPO.CO, New York -- Perusahaan penaksir kerugian, Eqecat, menghitung kerugian ekonomi akibat topan yang melanda pada 29-30 Oktober 2012 sebesar US$ 50 miliar (Rp 481 triliun). Nilai ini, menurut cbsnews, adalah kerugian terbesar yang dialami Amerika setelah hantaman badai Katrina 2005.

Angka yang diungkap Eqecat pada Kamis, 1 November 2012, nilainya lebih dari prediksi kerusakan sebelumnya. Eqecat menaksir total ganti rugi yang harus dibayar pihak asuransi dari badai Sandy sekitar US$ 20 miliar (Rp 288 triliun).

Analisa Eqecat menyebutkan bahwa kerugian ekonomi terbesar berasal dari matinya pembangkit listrik. Matinya listrik yang disebabkan Sandy lebih luas daripada kerugian dari topan serupa. Hingga Kamis lalu, Departemen Energy menghitung bahwa ada 4,8 juta rumah dan industri berada dalam kondisi tanpa listrik.

Eqecat mencatat bahwa kerusakan moda transportasi juga memperbesar kerugian Sandy. Lumpuhnya moda bawah tanah, subway, dan tertutupnya sejumlah jalan menambah nilai kerugian ekonomi.

Sebelum terjadi badai, Eqecat memprediksi kehilangan ekonomi hanya berada di angka US$ 20 miliar dan US$ 10 miliar dari ganti rugi asuransi. Jika prediksi kerugian benar, Sandy akan menjadi badai kedua yang paling merugikan Amerika Serika setelah Katrina. Katrina menyebabkan kerugian hingga US$ 108 miliar (Rp 1,03 biliun) pada 2005, atau nilainya sekarang setara US$ 128 miliar (Rp 1,2 biliun).

Selain Eqecat, sejumlah perusahaan lain pun ikut memprediksi kerugian akibat Sandy. Antara lain RMS dan IHS. Namun RMS belum merilis data mereka. Adapun IHS menaksir kerugian bisnis jelang Halloween ini mencapai US$ 30 miliar.

Gubernur New York, New Jersey, dan sejumlah kota di Amerika lainnya meminta perusahaan asuransi tak boleh membebankan kerusakan Sandy pada pemilik premi. Sebab, seperti yang dikutip Reuters, Sandy adalah badai pasca-tropis yang menghantam dataran dan segera meluluhlantakkan bangunan. Asuransi diharapkan bisa membantu pemilik rumah agar segera membangun kembali properti mereka yang rusak.

Sandy juga menyebabkan harga saham merosot hingga 2,4 persen atau senilai US$ 97 sen pada penutupan Kamis sore, 1 November.

DIANING SARI

Baca juga:
Badai Sandy Buktikan Kekuatan Media Sosial

Romney Kaitkan Obama dengan Castro dan Chavez

Alasan Wali Kota New York Dukung Obama

Pesta Halloween di Spanyol Telan Korban Jiwa

Israel Akui Bunuh Wakil Yasser Arafat

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya