TEMPO.CO, Washington - Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan menegaskan dalam sidang Majelis Umum PBB bahwa Amerika Serikat akan "melakukan apa yang kita harus lakukan" untuk menghentikan program persenjataan nuklir Iran. Hal itu dikatakan oleh salah seorang pejabat AS.
Dalam pidato enam minggu sebelum pemilihan presiden AS, Obama akan menuturkan bahwa senjata nuklir Iran "bukanlah tantangan yang bisa diterima". Dia juga akan berbicara soal aksi kekerasan menyusul demonstrasi atas video anti-Islam.
Dengan menyebut penghargaan kepada Duta Besar AS untuk Libya yang dibunuh di Benghazi, Obama akan menantang PBB dengan menyebutkan bahwa "masa depan kita akan ditentukan oleh orang-orang seperti Christopher Stevens, bukan oleh pembunuhnya". Demikian kutipan dari pidato yang dirilis oleh Gedung Putih.
"Hari ini kita harus menyatakan bahwa kekerasan dan intoleransi tidak memiliki tempat di antara bangsa-bangsa," demikian salah satu isi pidato itu.
Isu Timur Tengah akan mendominasi pertemuan puncak badan itu di New York. Konflik Suriah disebut-sebut akan menjadi salah satu agenda utama sidang Majelis Umum PBB. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, Presiden Prancis Francois Hollande, dan Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani dijadwalkan berbicara untuk sesi pertama.
Dewan Keamanan PBB belum mampu mencapai kesepakatan mengenai krisis Suriah dan pada hari Senin utusan PBB Lakhdar Brahimi memperingatkan bahwa situasi "sangat buruk dan semakin parah".
BBC | TRIP B
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya