Obama Tak Ubah Undang-undang Kepemilikan Senjata

Reporter

Editor

Sabtu, 28 Juli 2012 19:45 WIB

Presiden Amerika Serikat Barack Obama saat berbicara di Hotel Beverly Wilshire,6-6, 2012, Los Angeles. (AP Photo/Carolyn Kaster)

TEMPO.CO , Washington - Meski isu tentang kepemilikan senjata sedang santer dibicarakan di Amerika Serikat, namun Gedung Putih dan Senat Demokrat mengatakan tak akan mengganti undang-undang tersebut pada tahun ini.

Presiden Barack Obama memilih fokus pada cara lain untuk mengatasi masalah kekerasan yang terjadi akibat kepemilikan senjata. Sikap yang ditunjukkan pesaingnya di bursa presiden periode mendatang, Mitt Romney tak jauh beda.

Pasca penembakan masal yang terjadi di Colorado, 20 Juli 2012 hingga menewaskan 12 orang dan 58 luka-luka, juru bicara Gedung Putih Jay Carney menyatakan Obama masih mendukung larangan penjualan senjata yang aturannya telah berakir pada 2004 silam.

Meski mendukung larangan tersebut, Carney menambahkan, "Ada hal yang dapat kami lakukan yang lebih pendek ketimbang legislasi dan lebih singkat dari undang-undang kepemilikan senjata yang dapat mengurangi kekerasan dalam masyarakat."

Sebelum Carney mengeluarkan pernyataan itu, Obama telah berpidato di depan kelompok Afrika-Amerika di New Orleans pada Rabu, 25 Juli 2012. Pada kesempatan itu, dia mengakui bahwa tak cukup hyanya menanggalkan senjata dari para pelaku kriminal. Dia juga berjanji akan terus maju bersama parlemen dari kedua belah pihak untuk menangani masalah ini.

Romney, dalam wawancaranya dengan televisi Rabu lalu mengatakan perubahan undang-undang nasional tak akan mencegah tragedi berterkaitan dengan senjata. Namun menurutnya, senjata yang digunakan oleh tersangka penembakan di Aurora, Colorado, diperoleh secara ilegal. Meskipun faktanya pihak berwenang telah mengatakan senjata api yang digunakan dibeli secara legal.

"Ilegalitas gubernur adalah referensi bahwa senjata berada di rumah, tidak ada referensi senjata dibawa ke bioskop," kata juru bicara kampanye Romney, Danny Diaz.

Obama menghimbau untuk memeriksa latar belakang orang yang ingin membeli senjata dan membatasi orang yang bermental tak seimbang untuk membeli senjata. Dia mengatakan langkah-langkah tersebut "Tidak harus kontroversial."

"Saya juga percaya banyak pemilik senjata yang akan setuju jika AK-47 berada di tangan tentara, bukan di tangan penjahat. Bahwa mereka termasuk di medan perang perang, bukan di jalanan kota-kota kita," ujar Obama.

CBS NEWS | NUR ALFIYAH

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya