Menteri Luar Negeri Aljazair, Mourad Medelci. daylife.com
TEMPO.CO , Aljir - Pemerintah Aljazair membenarkan bahwa tiga diplomatnya yang diculik pemberontak Islam di utara Mali pada April 2012 lalu telah dibebaskan. Akan tetapi, empat diplomat lainnya masih ditahan. Hal tersebut disampaikan dalam acara jumpa pers di Aljir, Ahad, 15 Juli 2012.
Sumber keamanan Aljazair dan seorang aktivis gerakan Islam Mali mengatakan kepada Reuters, Jumat, 13 Juli 2012, diplomat yang ditahan berjumlah tujuh orang dan semuanya telah dibebaskan. Namun, hingga Ahad kemarin belum ada keterangan resmi dari pihak penculik.
"Boleh saya katakan bahwa tiga diplomat kami telah dibebaskan dan mereka sekarang sudah berada di rumah. Pada kesempatan ini, perlu saya sampaikan pula bahwa kami berharap segera melihat seluruh diplomat berjumlah tujuh orang," kata Menteri Luar Negeri Aljazair, Mourad Medelci, dalam acara jumpa pers, Ahad, 15 Juli 2012.
April lalu, pemerintah Aljazair menyatakan, para diplomatnya yang terdiri atas seorang konsul dan enam staf konsuler diculik di Gao, kawasan di utara Mali yang dikuasai kelompok pemberontak Tuareg. Para pemberontak ini merupakan gabungan antara sparatis lokal dan para pejuang Islam asing yang ingin menerapkan hukum Islam di kawasan tersebut. Selain ingin menerapkan syariah Islam, mereka juga menghancurkan peninggalan kuno Sufi di Timbuku yang digolongkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO.
Untuk menghadapi para pemberontak, pemerintah Mali sangat kerepotan sehingga mereka perlu bantuan dari Barat dan sejumlah negara Afrika. Aljazair merupakan negara yang terletak di perbatasan Mali. Para diplomatnya kerap menjadi sasaran penculikan sebab pemerintah Aljazair dianggap telah mengkampanyekan perlawanan terhadap kelompok militan Islam dan sayap Al-Qaeda di Afrika.