Istri Presiden Mesir: Jangan Panggil Ibu Negara  

Reporter

Editor

Jumat, 29 Juni 2012 16:52 WIB

Um Ahmed. onislam.net

TEMPO.CO , Kairo - Istri presiden baru Mesir, Naglaa Ali Mahmoud, dan pendahulunya, Suzanne Mubarak, memiliki sedikitnya satu kesamaan yakni senantiasa mendampingi suami dan putranya sekaligus pernah dijebloskan dalam penjara Mesir.

Namun keduanya memiliki perbedaan. Istri bekas Presiden Husni Mubarak memiliki kemauan keras dan mendorong putranya menjadi presiden. Sebaliknya, istri Presiden Mohammed Mursi konservatif dan muslimah yang senantiasa mengenakan pakaian muslimah dengan balutan jilbab rapat, tanpa terlihat modis. Ia juga menolak dipanggil "Ibu Negara" serta menolak pengawalan.

"Panggil saja saya istri presiden," katanya kepada Associated Press melalui telepon. "Bukankah istri presiden adalah ibu negara," ucap AP. Ia berkeras tetap ingin dipanggil Umi Ahmed, artinya Ibu Ahmed. Ahmed adalah putra pertama pasangan ini. Kalau toh ada sebutan gelar, dia menjelaskan, dirinya tak keberatan dipanggil sebagai "pelayan masyarakat".

Mursi dan putranya, seperti kebanyakan aktivis gerakan Ikhwanul Muslimin lainnya, pernah mendekam dalam penjara di bawah rezim Mubarak yang berkuasa selama tiga dekade sebelum dijatuhkan rakyatnya tahun lalu. Rezim ini melarang Ikhwan dan menganiaya, memenjarakan, serta menyiksa anggotanya karena melakukan perlawanan politik. Namun semua itu kini telah berlalu setelah Mesir dikendalikan oleh Mursi.

Perbedaan gaya penampilan dengan dua ibu negara negara menunjukkan sebuah simbol perubahan politik Mesir. Mursi adalah presiden terpilih secara bebas dalam sejarah modern Mesir, sipil pertama, dan berasal dari kalangan Islam. Sedang Mubarak, 84 tahun, sekarang menghadapi tuntutan penjara seumur hidup karena didakwa membunuh ratusan demonstran saat berdemonstrasi menuntut dirinya mundur. Kedua putranya, Alaa dan Gamal, terlibat korupsi.

Selama dekade kekuasaan Mubarak, jalan-jalan senantiasa diaspal dan ditanami bunga saat ada kunjungan Suzanne--bahkan kadang-kadang dia diarahkan ke sebuah universitas atau taman--yang menghabiskan biaya ribuan dolar.

Umi Ahmed jelas sangat berbeda dengan dua pendahulunya, bekas ibu negara Jehan Sadat dan Suzanne Mubarak. Keduanya berpendidikan universitas, berpakaian begitu sempurna tanpa celah. Sedangkan perempuan berkacamata berusia 50 tahun ini hanya tamatan diploma sekolah tinggi dan bekerja sebagai penerjemah di Amerika Serikat dari bahasa Arab ke Inggris.

Gaya bicaranya sederhana. Demikian juga cara berpakaiannya tidak glamor, hanya berbalut jilbab. Namun, dia siap berperang kata di dunia maya atau akun jejaring sosial dengan siapa pun kendati tetap konservatif. Padahal, mayoritas wanita Mesir baik di kota maupun pedesaan adalah perempuan-perempuan modis. Umi Ahmed lebih suka mengenakan abaya (jubah) hitam, sebuah pakaian yang kerap dikenakan perempuan-perempuan pengikut Ikhwanul Muslimin. Dia tidak mengenakan perias wajah, make-up, atau mengecat kukunya sesuai dengan tradisi Islam konservatif.

Pada penampilannya pertama di depan publik sebagai istri Presiden Mesir, ibu negara ini tetap mengenakan penutup aurat, jilbab. Penampilannya tidak dicemooh oleh banyak orang, tapi mereka meminta agar ada pilihan lain dari jilbab yang dikenakan seperti yang biasa dipakai oleh seragam aktivis perempuan Ikhwanul Muslimin.

"Saya tak masalah dengan hijabnya (jilbab). Tapi saya punya masalah lantaran dia mengenakan warna fosfat hijau," kata blogger Mahmoud Salem, seorang liberal sekuler, kepada AP.

ARAB NEWS | CHOIRUL

Berita terkait

Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui

8 September 2017

Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui

Mesir memblokir situs Human Rights Watch sehari setelah organisasi tersebut merilis laporan tentang penyiksaan sistematis di penjara negara itu

Baca Selengkapnya

Mesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan

31 Agustus 2017

Mesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan

Pada 30 Agustus 2017, Kedutaan Besar RI di Kairo menerima informasi dari kantor pusat Imigrasi Mesir bahwa pemerintah Mesir menyetujui pemulangan.

Baca Selengkapnya

PPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat

10 Agustus 2017

PPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat

Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Pangeran Arsyad Ihsanul Haq mengatakan 2 mahasiswa Sumatera Barat ditahan polisi Mesir

Baca Selengkapnya

Mesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika  

24 Juli 2017

Mesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika  

Pangkalan militer Mesir terbesar di Timur Tengah dan Afrika berlokasi di kota El Hammam, di sebelah barat Alexandria.

Baca Selengkapnya

Beri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui

15 Juni 2017

Beri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui

Para orang tua di Mesir terancam dipenjara hingga enam bulan lamanya jika memberi nama asing atau Barat kepada bayi mereka.

Baca Selengkapnya

Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas  

27 Mei 2017

Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas  

Gerombolan pria bersenjata, bertopeng, dan berseragam militer menyerang bus yang mengangkut umat Kristen Koptik Mesir, 23 orang tewas.

Baca Selengkapnya

Tuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat

8 Mei 2017

Tuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat

Rektor Universitas Al-Azhar Ahmed Hosni Taha dipecat karena melabeli seorang pendakwah dengan istilah murtad

Baca Selengkapnya

Mesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek

6 Mei 2017

Mesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek

Malek yang menjalani tahanan rumah sekjak Oktober 2015.

Baca Selengkapnya

Mesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia

5 Mei 2017

Mesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung zona damai sebagaimana disampaikan Putin kepada Trump.

Baca Selengkapnya

Seniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia

4 Mei 2017

Seniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia

Saad Mohammed asal Mesir membutuhkan waktu tiga tahun untuk menulis Al Quran terbesar di dunia.

Baca Selengkapnya