TEMPO.CO, London - Pendiri dan bos WikiLeaks, Julian Assange, membuat terobosan terkait tuduhan kasus hukum yang membelitnya dengan pergi ke Kedutaan Ekuador di London, Inggris. Dia mencari suaka ke negeri Amerika Selatan itu.
Jika sukses dia bisa berada di sebuah negeri kecil, tapi lebih ramah di bagian Amerika Selatan itu ketimbang di Swedia yang mengejarnya dengan tuntutan soal kejahatan seksual.
Langkah dramatis pada Rabu, 20 Juni 2012 yang tak terduga itu adalah upaya kedua Assange. Ia mulai putus asa menghindari ekstradisi ke Swedia. Menteri Luar Negeri Ekuador Ricardo Patino menyebutkan pemerintahan kiri Presiden Rafael Correa--pemerintah yang kerap berseberangan dengan Washington--tengah menimbang permintaan Assange, meskipun dia belum mengindikasikan kapan keputusan akan diambil.
Dalam pernyataannya, Assange mengatakan dia memohon "ke Kedutaan Ekuador dan pemerintah Ekuador untuk mempertimbangkan aplikasi saya". Pilihan-pilihan upaya hukum Assange di Inggris nyaris habis. Banding dia ditolak pengadilan.
Kurang dari sepekan lalu, Mahkamah Agung Inggris kembali menegaskan keputusannya yang memungkinkan pria 40 tahun itu diekstradisi ke Swedia yang memburunya terkait tuduhan-tuduhan kejahatan seksual. Aneka tuduhan itu--yang mengunci Assange dari bepergian ke luar negeri sejak pertengahan 2011--telah membayangi organisasi online yang secara spektakuler membocorkan dokumen-dokumen militer, diplomatik, dan intelijen Amerika Serikat.
Ekuador, negeri dengan kurang dari sepertiga orang memiliki akses ke Internet, mungkin bukanlah tempat yang ramah buat mantan peretas komputer itu untuk mencari suaka. Namun berupaya dalam banyak cara adalah pilihan yang menarik.
"Itu adalah salah satu dari sedikit negara yang bisa memberikan pintu lebar buat Assange," kata Grace Jaramillo, seorang profesor hubungan internasional pada FLACSO University, Ekuador.
Bocah 5 Tahun Didenda Rp 2,5 Juta Gara-gara Jualan Minuman
22 Juli 2017
Bocah 5 Tahun Didenda Rp 2,5 Juta Gara-gara Jualan Minuman
Bocah perempuan berusia 5 tahun terisak di hadapan ayahnya, menceritakan dirinya didenda Rp 2,5 juta gara-gara berjualan minuman lemon di dekat rumahnya.