Demo Anti-NATO di Chicago, 45 Demonstran Ditahan

Reporter

Editor

Senin, 21 Mei 2012 12:39 WIB

Seorang pengunjuk rasa berdiri di hadapan sejumlah Polisi Chicago Police di Art Institute di mana Ibu Negara Amerika Serikat Michelle Obama mengadakan jamuan makan malam bagi para pejabat NATO di Chicago, Amerika Serikat, Minggu (20/5). AP/Charles Rex Arbogast

TEMPO.CO, Chicago - Polisi menahan sedikitnya 45 demonstran setelah mereka menggelar unjuk rasa menolak pertemuan para pemimpin NATO di Chicago, Ahad, 20 Mei 2012. Dalam peristiwa itu, menurut petugas kepolisian, empat polisi cedera.

Salah seorang pengacara pengunjuk rasa membantah keterangan polisi. Menurut dia, sedikitnya 12 demonstran luka-luka karena dipentung polisi, sedangkan lebih dari 60 lainnya ditahan.

Bentrokan yang melibatkan petugas keamanan dengan pengunjuk rasa berlangsung di area sekitar 4 kilometer dari Taman Chicago, dekat tempat pertemuan para pemimpin NATO yang sedang membicarakan masalah Afganistan.

Kepala Kepolisian Chicago Garry McCarthy keukeuh bahwa apa yang diperbuat anak buahnya tidak salah. Ia berkata, "Saya melihat gambar (video dan foto) tentang bentrokan itu. Kejadian itu dapat membuat orang lari dari sini." Dia jelaskan kepada wartawan, "Polisi tidak bersalah. Sejumlah polisi mengalami luka-luka ringan, tetapi salah seorang di antaranya cedera pada bagian lengan."

Menurut taksiran polisi, unjuk rasa menentang pertemuan NATO di Chicago, Ahad, 20 Mei 2012, itu diikuti sekitar 3.000 orang, meskipun di beberapa tempat tampak penumpukan massa. Koordinator lapangan mengatakan demonstrasi yang mereka gelar diikuti 10 ribu orang bahkan bisa mencapai 40 ribu orang. "Mereka merupakan pengunjuk rasa yang berkampanye menduduki Wall Street."

Pada Ahad petang waktu setempat, polisi meminta demonstran membubarkan diri, atau mereka bakal ditahan. Sebagian pengunjuk rasa mematuhi peringatan tersebut, tetapi beberapa ratus orang lainnya tak mengindahkan peringatan itu sehingga polisi menggunakan kekerasan dan menahan mereka.

Untuk mencegah agar demonstrasi tak menjalar ke mana-mana, polisi mengepung ratusan pengunjuk rasa, wartawan, dan fotografer dengan tameng. Salah seorang pria muda duduk di jalan dengan kondisi kepala bagian belakangnya berlumuran darah. Sebagian rekannya mengatakan dia terkena pentungan polisi.

"Polisi berlaku brutal saat membubarkan demonstran," kata Ryan Zielinski. Pemuda 23 tahun ini mengatakan dada korban dipentung polisi agar membubarkan diri. "Kami semua berusaha menaati peringatan petugas, namun polisi menyerang kami."

Koalisi Anti-NATO-G8, nama kelompok yang mengorganisasi aksi unjuk rasa, Ahad, menuntut Amerika Serikat segera menarik pasukannya dari Afganistan. Menurut mereka, kehadiran negeri adidaya itu memboroskan anggaran.

Matt Howard, salah seorang dari 50 veteran Perang Irak, membuang medalinya di jalan sebagai bentuk ungkapan menentang pertemuan para pemimpin NATO di Chicago. Veteran Perang Vietnam, Ron McSheffery, berkata, "Saya mendukung sepenuhnya penghentian keberadaan NATO dan pembunuhan masyarakat sipil yang tak berdosa," ujar veteran berusia 61 tahun itu.

Sebelum pertemuan NATO berlangsung, aparat keamanan menahan lima pria yang dicurigai terkait dengan terorisme atau pembuatan bom. Menurut dokumen yang disita pengadilan, tiga di antara pelaku telah menyiapkan serangan ke markas tim sukses Barack Obama, kantor polisi, dan tempat lainnya.

REUTERS | CHOIRUL

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya