TEMPO.CO, Kolombo - Pemerintah Sri Lanka memerintahkan relokasi sebuah masjid setelah sejumlah biksu Budha mengancam bakal menghancurkan bangunan tersebut. Sejak 50 tahun silam, masjid ini telah berdiri di tanah umat Budha.
Perintah pada Ahad, 22 April 2012 itu dikeluarkan menyusul adanya unjuk rasa selama dua hari. Sekitar 2000 biksu Budha di pusat kota negara Kepulauan Dambulla menentang keberadaan masjid tersebut.
Bahkan, mereka mengusir umat Muslim yang sedang salat Jumat dan mengancam aksi kekerasan jika tempat salat umat Islam itu tidak segera dipindahkan. Para biksu juga meminta candi umat Hindu dipindahkan dari tanah mereka.
"Menyusul diskusi dengan kelompok terkait, Perdana Menteri memerintahkan perpindahan masjid ke lokasi yang memungkinkan sesegera mungkin," kata Sisira Wijesinghe, juru bicara Perdana Menteri DM Jayaratne, kepada kantor berita Reuters, Ahad, 22 April 2012.
Dia mengatakan, sejumlah menteri dari kelompok Islam juga turut serta dalam pembahasan masalah tersebut. Hal itu akibat dari penolakan para pemimpin politik muslim di sana.
"Pernyataan pemerintah salah dan tidak ada diskusi membahas masalah ini. Kami tidak setuju dengan pemindahan masjid," kata AHM Fawzi, menteri muslim senior kepada Reuters.
Laporan yang masuk menyebutkan, masjid tersebut sudah ada sejak 1962 dan secara rutin digunakan untuk beribadah oleh umat Islam selama tiga dekade. Di sisi lain, biksu Budha mengatakan, pemerintah membuat kesalahan karena baru-baru ini mengizinkan perluasan bangunan masjid. Padahal pada 1982, melalui peraturan yang dikeluarkan, pemerintah menyatakan bahwa bangunan masjid berada di lokasi milik umat Budha.
Sebaliknya, pimpinan masjid mengatakan bahwa bangunan ini legal dan hanya diperbarui, bukan diperluas. Agama Budha merupakan agama mayoritas di Sri Lanka, kemudian disusul Hindu, Islam, dan Kristen. Umat Budha di Sri Lanka mencapai 70 persen dari seluruh populasi.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Berita terkait
Sri Lanka Menolak Kunjungan Kapal Selam Cina
13 Mei 2017
Sri Lanka tidak mungkin memberikan izin perbaikan kapal selam Cina, mengingat kekhawatiran India.
Baca SelengkapnyaBunuh dan Culik Jurnalis, 5 Intelijen Sri Lanka Ditangkap
21 Februari 2017
Polisi Sri Lanka menangkap lima anggota intelijen militer yang diduga membunuh editor suratkabar terkemuka negara itu dan jurnalis lainnya.
Baca SelengkapnyaUnjuk Rasa Tolak Zona Industri Investor Cina di Sri Lanka
8 Januari 2017
Unjuk rasa protes rencana pemerintah Sri Lanka membangun zona industri para investor Cina di atas lahan warga seluas 6,07 hektar.
Baca SelengkapnyaWHO Menetapkan Sri Lanka Bebas dari Malaria
5 September 2016
Sri Lanka jadi negara kedua yang bebas malaria setelah Maladewa di wilayah kerja WHO kawasan Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaTanah Longsor di Sri Lanka, 400 Orang Diperkirakan Tewas
18 Mei 2016
Hampir 400 orang dikhawatirkan tewas terkubur tanah longsor, yang dipicu hujan lebat selama tiga hari di Sri Lanka.
Baca SelengkapnyaBatu Safir Bintang Biru Terbesar Dunia Ditemukan di Sri Lanka
6 Januari 2016
Batu safir bintang biru yang ditemukan di sebuah tambang dekat Kota Ratnapura, Sri Lanka, bernilai sekitar US$ 100 juta (Rp 1,3 triliun).
Baca SelengkapnyaPemilu Sri Lanka Memanas, 1 Orang Tewas
31 Juli 2015
Tragedi itu adalah tindakan kekerasan politik besar pertama yang terjadi sebelum pemilihan anggota parlemen.
Baca SelengkapnyaSri Lanka Usir Intel India karena Campuri Politik
20 Januari 2015
Pejabat intelijen India itu diduga mendukung kampanye pemilu oposisi dari balik layar.
Baca SelengkapnyaHormati Paus, Sri Lanka Bebaskan 572 Narapidana
17 Januari 2015
572 narapidana yang ditangkap karena pelanggaran ringan.
Baca SelengkapnyaIntoleransi Memanas, Paus Fransiskus ke Sri Lanka
13 Januari 2015
Paus dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan umat lintas agama, termasuk perwakilan umat Budha yang moderat.
Baca Selengkapnya