AS Minta Maaf atas Insiden Foto Mayat Pemberontak Taliban

Reporter

Editor

Jumat, 20 April 2012 05:05 WIB

Tentara Amerika berfoto dengan mayat di Afghanistan (www.latimes.com)

TEMPO.CO, Brussels– Dua foto serdadu Amerika Serikat yang berpose dengan bagian tubuh mayat pemberontak Taliban di harian Los Angeles Times, Rabu lalu, menuai kecaman banyak pihak. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta langsung meminta maaf atas pose menjijikkan itu.

"Mewakili pemerintah Amerika Serikat, saya meminta maaf. Tindakan para serdadu itu tidak dapat diterima. Apa yang mereka lakukan bukanlah nilai Amerika dan tidak mewakili keseluruhan pasukan Amerika di Afganistan," kata Panetta dalam konferensi pers di sela pertemuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Brussels.

Pentagon pun langsung menggelar penyelidikan atas insiden ini. "Setiap orang yang bertanggung jawab atas insiden keji ini akan diseret ke depan hukum berdasarkan sistem pengadilan militer Amerika," tutur juru bicara Pentagon, George Little, berjanji. Sebab, Konvensi Jenewa memastikan bagian tubuh korban dalam perang harus dihormati.

Kutukan pun datang dari kelompok Taliban. "Selama 11 tahun Amerika menginvasi Afganistan, mereka berulang kali menunjukkan tindakan tak berperikemanusiaan. Hal yang tidak dapat diterima siapa pun di dunia ini," kata pernyataan resmi Taliban kemarin.

Tapi Panetta juga menyalahkan harian Los Angeles Times yang melansir foto insiden yang terjadi dua tahun lalu itu. "Tindakan surat kabar itu dapat memicu aksi balasan oleh kelompok pemberontak lainnya dan menimbulkan kekerasan baru yang dapat mengancam keselamatan pasukan AS di Afganistan," ujarnya.

Namun editor Los Angeles Times, Davan Maharaj, menegaskan, keputusan untuk melansir dua dari 18 foto yang dikirim serta penulisan kisah tentara Divisi 82 Airborne dari Fort Bragg, North Carolina, melalui pertimbangan matang. "Tugas kami adalah memastikan para pembaca memperoleh informasi yang benar," Maharaj mengungkapkan. "Pengirim foto prihatin atas ketidakdisiplinan dan lemahnya kepemimpinan dalam pasukan Amerika," ia menegaskan.

Harian tersebut, Maharaj menambahkan, telah memverifikasi cerita itu kepada serdadu yang mengirim foto, pihak Pentagon, dan pemimpin-pemimpin unit militer di Afganistan. Bahkan harian itu, menurut Maharaj, telah menunda selama 72 jam agar Pentagon dapat mengamankan serdadu yang muncul dalam foto tersebut.

CNN | LOS ANGELES TIMES | REUTERS | SITA PLANASARI A

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya