TEMPO.CO , Washington :- Sersan militer Amerika Serikat, Robert Bales, 38 tahun, yang diduga kuat sebagai pembantai 16 warga sipil Afganistan, kemarin akan didakwa atas 17 kasus pembunuhan.
"Memang ada 16 korban tewas, tapi penyelidik tengah mencari dugaan seorang korban tewas lainnya," kata dua pejabat Amerika Serikat kepada Los Angeles Times, Kamis lalu. Adapun juru bicara Pasukan Internasional Pakta Pertahanan Atlantik Utara (ISAF-NATO), Gary Kolb, mengatakan perbedaan jumlah tersebut akan dijelaskaan saat dakwaan diumumkan secara resmi.
Selain dakwaan tersebut, Bales juga akan didakwa atas enam kasus rencana pembunuhan dan enam kasus penyerangan. Dua korban terluka akibat serangan Bales, menurut juru bicara Pemerintah Provinsi Kandahar Ahmad Javed Faisal, telah keluar dari rumah sakit. Sedangkan empat korban lainnya masih harus mendapatkan perawatan intensif.
Pengacara Bales, John Henry Browne, menolak berkomentar atas laporan tersebut. "Saya baru bisa menjawab jika dakwaan terhadap klien saya telah diajukan secara resmi," Browne menegaskan. Ia justru memprediksi kasus ini akan berjalan sangat rumit di pengadilan. "Tidak ada laporan forensik. Saya akan membuat penuntut membuktikan semua tuduhan," ucap Browne.
Dakwaan yang disusun kurang dari dua pekan setelah insiden tersebut diharapkan dapat meyakinkan warga Afganistan bahwa pelaku akan memperoleh hukuman setimpal. Meski begitu, pengadilan terhadap Bales dapat berlangsung beberapa bulan hingga bertahun-tahun mendatang.
Analis sekaligus pengacara Paul Callan dalam kesempatan terpisah yakin jaksa akan mengajukan tuntutan maksimal, yaitu hukuman mati. "Ini salah satu pembantaian terbesar dalam sejarah perang Amerika," ujar Callan. Sayangnya Callan menambahkan meski seandainya jaksa berhasil memenangi kasus itu, Bales tidak akan langsung dieksekusi. "Mungkin puluhan tahun mendatang."
Namun milisi bersenjata Taliban percaya sebaliknya. "Kami tidak percaya Amerika akan menggelar pengadilan yang adil terhadap Bales," ujar juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, melalui telepon kepada Reuters. Untuk itu Taliban, menurut Mujahid, akan menuntut balas terhadap seluruh anggota pasukan Amerika di Afganistan.
Mujahid pun kembali menuding Bales hanya menjadi kambing hitam dalam insiden yang menewaskan banyak perempuan dan anak-anak itu. "Amerika berusaha membodohi masyarakat internasional dan menyalahkan pembantaian itu hanya pada satu orang. Ini adalah kejahatan pemerintah Amerika," ia menuturkan.
L CNN | REUTERS | AP | CBS NEWS | SITA PLANASARI A.
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya