Bales Didakwa 17 Kasus Pembunuhan  

Reporter

Editor

Sabtu, 24 Maret 2012 03:48 WIB

Ilustrasi. TEMPO/ Ali Said

TEMPO.CO , Washington :- Sersan militer Amerika Serikat, Robert Bales, 38 tahun, yang diduga kuat sebagai pembantai 16 warga sipil Afganistan, kemarin akan didakwa atas 17 kasus pembunuhan.

"Memang ada 16 korban tewas, tapi penyelidik tengah mencari dugaan seorang korban tewas lainnya," kata dua pejabat Amerika Serikat kepada Los Angeles Times, Kamis lalu. Adapun juru bicara Pasukan Internasional Pakta Pertahanan Atlantik Utara (ISAF-NATO), Gary Kolb, mengatakan perbedaan jumlah tersebut akan dijelaskaan saat dakwaan diumumkan secara resmi.

Selain dakwaan tersebut, Bales juga akan didakwa atas enam kasus rencana pembunuhan dan enam kasus penyerangan. Dua korban terluka akibat serangan Bales, menurut juru bicara Pemerintah Provinsi Kandahar Ahmad Javed Faisal, telah keluar dari rumah sakit. Sedangkan empat korban lainnya masih harus mendapatkan perawatan intensif.

Pengacara Bales, John Henry Browne, menolak berkomentar atas laporan tersebut. "Saya baru bisa menjawab jika dakwaan terhadap klien saya telah diajukan secara resmi," Browne menegaskan. Ia justru memprediksi kasus ini akan berjalan sangat rumit di pengadilan. "Tidak ada laporan forensik. Saya akan membuat penuntut membuktikan semua tuduhan," ucap Browne.

Dakwaan yang disusun kurang dari dua pekan setelah insiden tersebut diharapkan dapat meyakinkan warga Afganistan bahwa pelaku akan memperoleh hukuman setimpal. Meski begitu, pengadilan terhadap Bales dapat berlangsung beberapa bulan hingga bertahun-tahun mendatang.

Analis sekaligus pengacara Paul Callan dalam kesempatan terpisah yakin jaksa akan mengajukan tuntutan maksimal, yaitu hukuman mati. "Ini salah satu pembantaian terbesar dalam sejarah perang Amerika," ujar Callan. Sayangnya Callan menambahkan meski seandainya jaksa berhasil memenangi kasus itu, Bales tidak akan langsung dieksekusi. "Mungkin puluhan tahun mendatang."

Namun milisi bersenjata Taliban percaya sebaliknya. "Kami tidak percaya Amerika akan menggelar pengadilan yang adil terhadap Bales," ujar juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, melalui telepon kepada Reuters. Untuk itu Taliban, menurut Mujahid, akan menuntut balas terhadap seluruh anggota pasukan Amerika di Afganistan.

Mujahid pun kembali menuding Bales hanya menjadi kambing hitam dalam insiden yang menewaskan banyak perempuan dan anak-anak itu. "Amerika berusaha membodohi masyarakat internasional dan menyalahkan pembantaian itu hanya pada satu orang. Ini adalah kejahatan pemerintah Amerika," ia menuturkan.

L CNN | REUTERS | AP | CBS NEWS | SITA PLANASARI A.

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya