TEMPO.CO, Kairo - Pemimpin reformasi Mesir, Muhammad ElBaradei, menarik diri dari persaingan calon presiden Mesir, 14 januari 2012. "Hati nurani saya tidak akan mengizinkan untuk mencalonkan diri sebagai presiden, kecuali ada kerangka demokrasi sejati, tidak hanya bentuknya," ujarnya.
Pemenang hadiah Nobel dan mantan Direktur Lembaga Pengawas Nuklir PBB ini menyangsikan pemilihan umum di bawah pimpinan Dewan Militer bakal berjalan adil. "Untuk dapat melakukan perubahan total, maka kita harus bekerja di luar sistem," ujar ElBaradei dalam sebuah video yang dirilis Sabtu kemarin. Ia mengatakan akan bekerja menyatukan kelompok-kelompok pemuda guna kembali kepada tujuan revolusi.
Pemilihan presiden merupakan kunci perubahan di Mesir karena jenderal yang berkuasa berjanji untuk menyerahkan kekuasaan usai pemilihan umum. Namun banyak aktivis dan pengamat percaya militer ingin memastikan hasil pemilu memunculkan nama presiden yang mendukung kepentingan militer.
"Kami belum melihat perubahan apa pun pada pernyataan pemerintah, rezim yang berkuasa dan sistem peradilan memiliki banyak kekurangan dan kebutuhan untuk pembersihan," ujar ElBaradei dalam video yang sama.
Keputusan ElBaradei, menurut sebagian orang, dapat menjadi energi gerakan protes terhadap militer yang dianggap gagal membawa Mesir kepada transisi nasional.
Salah satu kandidat, Amr Moussa, menyesalkan keputusan Mohammad ElBaradei. "Saya menyesal dengan pengunduran diri ElBaradei dan saya menghargai peran dan partisipasi dalam perkembangan Mesir," kicau Moussa di akun Twitter-nya.
Seorang aktivis dan narablog, Omar Elhadi, menulis dalam akun Twitter-nya, "Mundurnya ElBaradei membuktikan bahwa dia orang terhormat dan berbakti. Kemarin saya tidak mendukung pencalonannya. Kini saya memandangnya sebagai pemimpin nasional melebihi pejabat.”
CNN | NDTV | ANANDA PUTRI
Berita terkait
Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui
8 September 2017
Mesir memblokir situs Human Rights Watch sehari setelah organisasi tersebut merilis laporan tentang penyiksaan sistematis di penjara negara itu
Baca SelengkapnyaMesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan
31 Agustus 2017
Pada 30 Agustus 2017, Kedutaan Besar RI di Kairo menerima informasi dari kantor pusat Imigrasi Mesir bahwa pemerintah Mesir menyetujui pemulangan.
Baca SelengkapnyaPPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat
10 Agustus 2017
Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Pangeran Arsyad Ihsanul Haq mengatakan 2 mahasiswa Sumatera Barat ditahan polisi Mesir
Baca SelengkapnyaMesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika
24 Juli 2017
Pangkalan militer Mesir terbesar di Timur Tengah dan Afrika berlokasi di kota El Hammam, di sebelah barat Alexandria.
Baca SelengkapnyaBeri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui
15 Juni 2017
Para orang tua di Mesir terancam dipenjara hingga enam bulan lamanya jika memberi nama asing atau Barat kepada bayi mereka.
Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas
27 Mei 2017
Gerombolan pria bersenjata, bertopeng, dan berseragam militer menyerang bus yang mengangkut umat Kristen Koptik Mesir, 23 orang tewas.
Baca SelengkapnyaTuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat
8 Mei 2017
Rektor Universitas Al-Azhar Ahmed Hosni Taha dipecat karena melabeli seorang pendakwah dengan istilah murtad
Baca SelengkapnyaMesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek
6 Mei 2017
Malek yang menjalani tahanan rumah sekjak Oktober 2015.
Baca SelengkapnyaMesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia
5 Mei 2017
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung zona damai sebagaimana disampaikan Putin kepada Trump.
Baca SelengkapnyaSeniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia
4 Mei 2017
Saad Mohammed asal Mesir membutuhkan waktu tiga tahun untuk menulis Al Quran terbesar di dunia.
Baca Selengkapnya