Beberapa kali pada 2004 dan 2010, Somare diundang dan berkunjung ke Cina. Perdana Menteri Wen Jiabao pun melakukan kunjungan balasan ke Papua Nugini pada April 2011. Pemerintah Cina melobi agar sejumlah perusahaannya bisa masuk ke Papua Nugini yang memang telah diserbu pendatang dari Asia, terutama Cina.
Akhirnya, Somare membuka pintu untuk perusahaan Cina itu sejak 2009. Metallurgical Corporation menyanggupi berinvestasi US$ 1,5 miliar. “Cina akan meningkatkan kerja sama pada sektor pertanian, kehutanan, perikanan, energi, telekomunikasi, dan transportasi,” kata Jiabao dalam pertemuan dengan Somare di Tianjin.
Pemerintah Somare pun selalu membela kepentingan perusahaan Cina. Sejumlah aturan dalam pertambangan dibuat lebih bersahabat dengan dua perusahaan itu. Padahal, Metallurgical Corporation dan Rimbunan Hijau dituding telah merusak lingkungan. Rimbunan Hijau Watch menuding operasi Rimbunan Hijau sudah memasuki hutan perawan dan melanggar hak-hak tradisional masyarakat adat sebagai pemilik kawasan.
Kasus dugaan pembalakan liar ini sempat masuk pengadilan. Melalui gencarnya pemberitaan positif oleh koran The National, media massa yang pro-Somare, kasus itu meredup, lalu menguap tanpa kelanjutan.
BB, EKO ARI (TVNZ NEWS, SYDNEY MORNING HERALD, XINHUA, FORESTNETWORK.COM, DEUTSCHE PRESSE AGENTUR, GOONDIWINDIARGUS.COM.AU)
Berita Terkait:
Ada Dua Kubu Perdana Menteri di Papua Nugini
Ini Kesaksian Pilot Jet Falcon Papua Nugini
Unjuk Rasa di Kedubes RI Port Moresby Dibubarkan
Hikmahanto: Cari Tahu Apa Penyebab PNG Marah
Beginilah Aksi 37 Menit 'Menjepit' Jet Papua Nugini