TEMPO Interaktif, KAIRO: -- Aksi bentrokan antara aparat keamanan dan sekitar 5.000 pengunjuk rasa di Lapangan Tahrir, Kairo, menewaskan 24 orang dan melukai lebih dari 1.700 lainnya. Aksi unjuk rasa, yang telah memasuki hari ketiga ini, merupakan yang terburuk setelah lengsernya Presiden Hosni Mubarak, 83 tahun.
Utusan Dewan Militer Mesir, Said Abbas, menyangkal anggapan bahwa aksi kekerasan yang menelan korban sipil itu dilakukan polisi dan aparat militer. "Ada tangan-tangan tersembunyi yang sengaja mengadu domba aparat dengan demonstran," kata Abbas, yang melawat ke Lapangan Tahrir, lokasi awal gerakan yang menumbangkan Presiden Mubarak.
Meski begitu, para pengunjuk rasa, yang menuntut agar Dewan Militer segera mengalihkan kekuasaan ke pemerintahan sipil, bertekad tetap akan melanjutkan revolusi mereka. “Kami akhirnya berhasil menyerukan kembali revolusi kita,” ujar Abee Mustafa, 42 tahun, yang sempat ikut dalam aksi menentang Mubarak pada awal tahun lalu.
"Kami berada di sini untuk menagih demokrasi dan kami tidak mau militer berkuasa," ucap Yusuf. “Kami melakukan revolusi untuk menolak mereka, kami hanya menginginkan demokrasi.” Seorang warga lainnya, Salama, buru-buru meluruskan bahwa mereka tak membenci militer.
“Rakyat Mesir tak ada masalah dengan militer,” Yusuf menuturkan. “Masalah kami dewan militer.” Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton telah meminta penguasa di Mesir menghentikan kekerasan dalam menghadapi pengunjuk rasa. “Saya tegaskan bahwa pemerintahan sementara saat ini dan semua pihak yang terlibat wajib mendengar rakyat.”
Ashton mewanti-wanti agar Dewan Militer mendengarkan rakyat dan melindungi aspirasi demokratis warga. Kekerasan terjadi hanya seminggu sebelum pemilu parlemen pertama diadakan karena pemberontakan sudah di ambang pintu, dan mengakibatkan munculnya kecurigaan polisi sengaja memancing kerusuhan untuk menunda pemilu itu.
Aksi kekerasan meletus pada Sabtu pekan lalu, sewaktu polisi memasuki Lapangan Tahrir untuk mengosongkan wilayah itu dan membubarkan pengunjuk rasa setelah terjadi demonstrasi anti-pemerintah pada Jumat. Penumpasan itu menarik ribuan orang datang dari seluruh penjuru ibu kota untuk membantu menangkis serangan itu.
l AP | TELEGARPH | REUTERS | ANDREE PRIYANTO