Murad Ebrahim (tengah), pemimpin Front Pembebasan Islam Moro (MILF). REUTERS/Stringer
TEMPO Interaktif, MANILA:-Militer Filipina tak punya rencana menangguhkan kesepakatan gencatan senjata dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF), meskipun terjadi bentrokan berdarah dengan pemberontak Moro di Kota Al Barka di Provinsi Basilan. Dalam insiden pada Selasa lalu itu, 19 tentara tewas dan 11 lainnya terluka.
Dalam briefing media di markas Angkatan Darat Filipina di Camp Aguinaldo di Kota Quezon, Kolonel Dickson Hermoso, Kepala Kantor Proses Perdamaian, bilang kepemimpinan militer belum memutuskan masalah tersebut. Pernyataan itu muncul di antara seruan dari banyak sektor bahwa negosiasi perdamaian yang berjalan dengan kepemimpinan pusat MILF harus diakhiri seiring dengan bentrokan terbaru di Basilan.
Di antara yang menyerukan penghentian perundingan damai adalah Ketua Perwakilan Muntinlupa, Rodolfo Biazon, yang memimpin Komite Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat. “Hermoso menukas, “Penangguhan perjanjian gencatan senjata harus diselesaikan di markas militer yang lebih tinggi.”
Di Leyte, Presiden Filipina Benigno S. Aquino III kemarin menolak menyatakan perang total terhadap pemberontak muslim. Kepada wartawan, Aquino menyatakan ingin menentukan apa yang sebenarnya terjadi yang mengakibatkan kematian 19 tentara dalam bentrokan terbaru. Dia menambahkan, pemerintah akan terus melibatkan MILF dalam proses perdamaian.
“Apakah kami merekomendasikan bahwa kami akan berperang habis-habisan dan melakukan perbaikan situasi. Tak ada yang akan mendapatkan keuntungan dari perang,” Aquino menegaskan. “Satu telur busuk tidak berarti bahwa seluruh keranjang telurnya busuk.” Presiden menyatakan, sebuah investigasi menyeluruh segera digelar. Aquino hari ini akan menggelar pertemuan komando di markas Angkatan Darat di Camp Aguinaldo, membahas bentrok tersebut.