Menuai Kritik, Lee Myung-bak Tetap Melaju

Reporter

Editor

Selasa, 6 September 2011 05:11 WIB

Lee Myung-bak. REUTERS/Blue House

TEMPO Interaktif, Angin politik mulai kencang bertiup menjelang pemilihan Presiden Korea Selatan 2012. Suara-suara yang kecewa atas pemerintahan Lee Myung-bak tidak lagi samar-samar disuarakan. Di ruang kerjanya di Universitas Yonsei, Seoul, Moon Chung-in mengungkapkan kekecewaannya terhadap Lee, yang dinilainya konservatif.

Sorotan terutama dialamatkan pada kebijakan Lee terhadap penyelesaian konflik panjang dengan negara tetangganya, Korea Utara. Menurut ahli sejarah dan politik Korea tersebut, Lee dan partai pendukungnya, Partai Nasional Utama (Grand National Party), bersama militer telah memperkeruh hubungan dengan Pyongyang.

Pendekatan militer dengan membentuk pasukan penjaga perdamaian (peace keeping force) diyakini tidak akan menghasilkan perdamaian yang permanen bagi kedua negara. Pemerintah Lee juga tidak berinisiatif sendiri menyelesaikan konflik dengan Korea Utara. Sebaliknya, lebih banyak mendengarkan sekutu utamanya, Amerika Serikat.

Pemerintah Lee, menurut Moon, seharusnya mengedepankan pendekatan nonmiliter seperti kerja sama atau perdagangan dengan Pyongyang. “Masalah ada di pemerintah,” ujarnya saat berdiskusi dengan peserta Gwangju Asian Folk School 2011.

Sikap konservatif Lee juga menimpa Moon. Ia tidak lagi diizinkan berkunjung ke Korea Utara untuk bertemu dengan koleganya. Kebijakan serupa diterapkan kepada warga Korea Selatan di perbatasan.

Mantan Sekretaris Presiden Kim Dae-jung, Bapak Demokrasi Korea
Selatan, tersebut menjelaskan, pada masa Kim, hubungan kedua negara berlangsung jauh lebih baik. Saat itu Kim menerapkan kebijakan yang dikenal sebagai Sunshine Policy. Kebijakan ini menolak pendekatan militer serta mengedepankan kerja sama dan pertukaran perdagangan tanpa batas waktu.

Suara kecewa juga disuarakan oleh Chung Il-joon, sejarawan Korea dari Universitas Korea, Seoul. Menurut dia, unifikasi dua Korea sangat kompleks sehingga tidak bisa diselesaikan dengan kekerasan bersenjata, seperti yang terjadi di Semenanjung Korea pada akhir 2010.

Masyarakat Korea Selatan juga belum siap untuk rekonsiliasi. “Karena masih ada upaya balas dendam satu dengan lainnya,” ujarnya. Padahal seharusnya Korea Utara bukan dianggap sebagai musuh.

Setali tiga uang. Park Gang-eui, budayawan dan pejuang hak asasi manusia Korea, juga kecewa terhadap Lee, yang membuat banyak rintangan bagi kegiatan budaya. Tahun lalu, misalnya, sempat terjadi debat atas lagu perjuangan yang diputar di pemakaman korban peristiwa perjuangan rakyat Korea yang menuntut demokrasi, atau dikenal dengan Gwangju Uprising pada Mei 1980. “Lagu itu dilarang untuk dinyanyikan,” ucap Park.

Menurut Moon, jika Lee kembali berkuasa, hubungan dua Korea bisa jadi semakin buruk. Ia sendiri tidak menganggap unifikasi dua Korea itu merupakan sesuatu yang penting. Sedangkan Chung tidak mengharapkan unifikasi. Kedua negara dapat hidup bertetangga dengan baik dan damai tanpa dipaksakan untuk bersatu kembali.

Namun Lee sepertinya tidak akan mundur. Pekan lalu, ia mengganti beberapa menteri yang mengurusi Korea Utara karena menuai banyak kritik. Lee pun memastikan diri maju lagi dalam pemilihan presiden tahun depan. Sebuah risiko politik yang akan dibayar mahal oleh rakyat Korea Selatan.

MARIA RITA (SEOUL, GWANGJU)

Berita terkait

Warga Korea Selatan Kompak Gelar Boikot Produk Jepang

27 Juli 2019

Warga Korea Selatan Kompak Gelar Boikot Produk Jepang

Gerakan boikot produk Jepang di Korea Selatan semakin intensif dan diwarnai aksi vandalisme dengan merusak mobil-mobil buatan Jepang

Baca Selengkapnya

Pemerintah Korea Selatan Kurangi Masa Tugas Wajib Militer

31 Juli 2018

Pemerintah Korea Selatan Kurangi Masa Tugas Wajib Militer

Pemerintah Korea Selatan kurangi masa tugas wajib militer

Baca Selengkapnya

Rudal Taurus Korea Selatan Diklaim Ideal Hadapi Korea Utara

12 Oktober 2017

Rudal Taurus Korea Selatan Diklaim Ideal Hadapi Korea Utara

Rudal Taurus milik Angkatan Udara Korea Selatan ini dilengkapi dengan sistem antijam alias tidak bisa dibuat macet,

Baca Selengkapnya

5 Kecanggihan F-15K, Andalan Korea Selatan Hadapi Korea Utara

12 Oktober 2017

5 Kecanggihan F-15K, Andalan Korea Selatan Hadapi Korea Utara

Korea Selatan ikut mengirimkan pesawat tempur F-15K, andalannya dalam iringan pesawat pengebom kelas berat milik Amerika yaitu B-1B Lancer kemarin.

Baca Selengkapnya

Remaja Korea Selatan Tak Yakin Pecah Perang, Pilih Nikmati K-Pop

10 Oktober 2017

Remaja Korea Selatan Tak Yakin Pecah Perang, Pilih Nikmati K-Pop

Para remaja Korea Selatan menikmati hidup seperti biasa, berjoget, berkumpul dan menikmati band K-Pop favoritnya karena tidak yakin perang terjadi.

Baca Selengkapnya

Khawatir Perang Pecah, Warga Korea Selatan Borong WarBag

27 September 2017

Khawatir Perang Pecah, Warga Korea Selatan Borong WarBag

Warga Korea Selatan memborong ransel untuk bertahan hidup saat perang atau WarBag menyusul meningkatnya ancaman perang nuklir di Semenanjung Korea.

Baca Selengkapnya

Ini Cara Warga Korea Selatan Hindari Ketakutan Nuklir Korea Utara

22 September 2017

Ini Cara Warga Korea Selatan Hindari Ketakutan Nuklir Korea Utara

You Jae Youn mengaku lebih banyak memikirkan pemenuhan kebutuhannya sehari-hari dibandingkan ancaman nuklir Korea Utara.

Baca Selengkapnya

58 Persen Warga Korsel Tidak Yakin Korut Akan memulai Perang  

9 September 2017

58 Persen Warga Korsel Tidak Yakin Korut Akan memulai Perang  

Rakyat Korea Selatan meminta pemerintah meningkatkan kemampuan teknologi pertahanan untuk menghadapi Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Terlalu Sering Main Golf, Penis Pria Ini Dipotong Sang Istri

3 September 2017

Terlalu Sering Main Golf, Penis Pria Ini Dipotong Sang Istri

Seorang istri memotong penis suaminya di Korea Selatan karena sang suami terlalu sering bermain golf.

Baca Selengkapnya

Pasukan Khusus Korea Selatan Dilatih Bunuh Kim Jong-un  

31 Agustus 2017

Pasukan Khusus Korea Selatan Dilatih Bunuh Kim Jong-un  

Korea Selatan tengah melatih pasukan khusus untuk melacak dan membunuh pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Baca Selengkapnya