TEMPO Interaktif, Kairo - Seorang pria sakit, Husni Mubarak, 83 tahun, dengan wajah pucat terbaring di ranjang rumah sakit di dalam bilik besi terdakwa, dengan dua putranya berdiri di sisinya dalam seragam penjara berwarna putih. Dia mengaku tak bersalah atas tuduhan korupsi dan keterlibatan dalam pembunuhan para demonstran pada pengadilan bersejarah yang dimulai kemarin di Ibu Kota Kairo, Mesir.
Pemandangan yang disiarkan langsung di stasiun televisi negara itu adalah momen luar biasa buat rakyat Mesir. Banyak dari mereka menikmati penghinaan dari orang yang berkuasa dengan otoriter selama 29 tahun tersebut. Setelah skeptisisme yang meluas bahwa dewan militer Mesir akan memungkinkannya, adegan akan berlangsung jauh untuk memenuhi salah satu tuntutan kunci dari pengunjuk rasa yang bersatu sejak 11 Februari lalu, ketika Mubarak jatuh seiring dengan perlawanan selama 18 hari.
"Ini adalah mimpi warga Mesir, melihatnya seperti itu, dipermalukan karena ia mempermalukan mereka selama 30 tahun terakhir," kata Ghada Ali, ibu seorang gadis berusia 17 tahun di Alexandria yang tewas tertembak selama pemberangusan demonstran oleh pemerintah.
Di luar ruang sidang, banyak warga Kairo menyaksikannya lewat sebuah layar raksasa. "Saya hampir tak percaya, melihat presiden diadili, tak terbayangkan. Saya sangat bahagia. Besok akan lebih baik dan bahwa presiden berikutnya tahu apa yang akan terjadi kepadanya jika dia memerangi rakyatnya," ujar Ahmed Amer, 30 tahun, pekerja di perusahaan air minum. Jutaan warga Mesir berkerumun di depan televisi di kafe-kafe, kios, dan tempat lainnya.
"Awalnya saya mengkritik para anak muda di Lapangan Tahrir. Tapi melihat bahwa upaya mereka akhirnya menyeret firaun ini ke pengadilan, saya harus bilang bahwa saya salut akan revolusi dan anak muda Mesir," ujar Ali Abdullah, seorang pemilik toko di Sharm el-Sheikh.
Jaksa membacakan dakwaan terhadap Mubarak--bahwa dia bersama seorang kaki tangan yang kemudian menjadi menteri dalam negeri sementara dalam "pembunuhan terencana dan disengaja atas para pemrotes damai" serta dia dan para putranya menerima hadiah dari seorang pengusaha terkemuka dengan imbalan penjaminannya atas harga yang lebih rendah dalam perjanjian tanah negara.
"Ya, saya di sini," kata Mubarak dari tempat tidurnya sambil mengangkat tangannya saat hakim menanyakan dia guna mengidentifikasi dirinya dan memasukkan sebuah permohonan. "Saya sungguh menyangkal semua dakwaan ini," ujar Mubarak, menggunakan sebuah mikrofon yang disediakan.
Rakyat Mesir menyalahkan Mubarak atas kebijakan ekonomi yang berujung pada pengisian kekayaannya di saat banyak orang dari 80 juta penduduk menggapai-gapai dalam kemiskinan. Mereka juga marah terhadap penindasannya kepada semua oposisi.
Mubarak sempat berbicara kepada putranya dan terkadang mendongakkan kepala melihat proses sidang. Sebagian besar rakyat Mesir melihat sakitnya dia sebagai tipu muslihat untuk meraih simpati. "Mengapa dia terbaring? Apakah dia cacat? Ini mempermainkan emosi rakyat sehingga kami menangis atas seorang pria tua," uajr Mohamed Naguib, 32 tahun, di Sharm el-Sheikh.
Toh, siaran langsung veteran perang itu bisa menuai simpati. "Saya sedih, sungguh sedih. Bagaimanapun, dia seorang tua, seharusnya dikasihani. Tapi saya tak peduli anak-anaknya, mereka bisa berbuat apa yang mereka mau," kata Khaled Hassan, 41 tahun, seorang pekerja pipa.
Sebelum sidang yang digelar di sebuah kompleks akademi kepolisian itu digelar, puluhan orang dari kelompok pro dan penentang Mubarak berdemo. Mereka saling melempar batu sebelum dibubarkan polisi. Kantor berita setempat, MENA, menyebutkan bahwa Mubarak akan tinggal di rumah sakit di kompleks tersebut setelah sesi sidang.
AP | REUTERS | DWI ARJANTO
Berita terkait
Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui
8 September 2017
Mesir memblokir situs Human Rights Watch sehari setelah organisasi tersebut merilis laporan tentang penyiksaan sistematis di penjara negara itu
Baca SelengkapnyaMesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan
31 Agustus 2017
Pada 30 Agustus 2017, Kedutaan Besar RI di Kairo menerima informasi dari kantor pusat Imigrasi Mesir bahwa pemerintah Mesir menyetujui pemulangan.
Baca SelengkapnyaPPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat
10 Agustus 2017
Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Pangeran Arsyad Ihsanul Haq mengatakan 2 mahasiswa Sumatera Barat ditahan polisi Mesir
Baca SelengkapnyaMesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika
24 Juli 2017
Pangkalan militer Mesir terbesar di Timur Tengah dan Afrika berlokasi di kota El Hammam, di sebelah barat Alexandria.
Baca SelengkapnyaBeri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui
15 Juni 2017
Para orang tua di Mesir terancam dipenjara hingga enam bulan lamanya jika memberi nama asing atau Barat kepada bayi mereka.
Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas
27 Mei 2017
Gerombolan pria bersenjata, bertopeng, dan berseragam militer menyerang bus yang mengangkut umat Kristen Koptik Mesir, 23 orang tewas.
Baca SelengkapnyaTuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat
8 Mei 2017
Rektor Universitas Al-Azhar Ahmed Hosni Taha dipecat karena melabeli seorang pendakwah dengan istilah murtad
Baca SelengkapnyaMesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek
6 Mei 2017
Malek yang menjalani tahanan rumah sekjak Oktober 2015.
Baca SelengkapnyaMesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia
5 Mei 2017
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung zona damai sebagaimana disampaikan Putin kepada Trump.
Baca SelengkapnyaSeniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia
4 Mei 2017
Saad Mohammed asal Mesir membutuhkan waktu tiga tahun untuk menulis Al Quran terbesar di dunia.
Baca Selengkapnya