Wawancara Menlu Filipina: ASEAN-Cina Harus Bahas Laut Cina Selatan Secara Multilateral  

Reporter

Editor

Kamis, 21 Juli 2011 07:12 WIB

Menteri Luar Negeri Filipina Albert F. Del Rosario. TEMPO/Dwi Arjanto

TEMPO Interaktif, Nusa Dua - Sengketa klaim batas wilayah di Laut Cina Selatan antara Cina dan beberapa negara ASEAN sempat memantik ketegangan beberapa pekan terakhir. Termasuk Cina dan Vietnam soal latihan perang, dan terbaru Cina yang meradang karena 5 anggota parlemen Filipina mengunjungi pulau dekat Kepulauan Spratly.

Di sela Pertemuan Tingkat Menteri ke-44 ASEAN di Nusa Dua, Bali, Menteri Luar Negeri Filipina Albert F. Del Rosario, Rabu petang 20 Juli 2011, memberikan penjelasan kepada Dwi Arjanto dari Tempo. Berikut petikan wawancaranya.

Hari ini, 5 anggota Kongres Filipina mengunjungi Pagasa, pulau Filipina yang terletak dekat Kepulauan Spratly yang disengketakan. Tapi, pihak Kedutaan Besar Cina di Manila meradang dan mengatakan lawatan itu bisa menyabotase hubungan Cina-Filipina. Komentar Anda?
Saya kira tidak demikian. Lawatan itu adalah ke pulau yang dimiliki Filipina. Dan kami tak perlu izin Cina untuk pergi ke sana. Area itu masih dalam kedaulatan kami. Maka kami bebas pergi ke sana kapan saja.

Seorang anggota parlemen bilang lawatan itu bersifat pribadi buat mendukung warga Filipina yang tinggal di pulau itu?
Ya, kami berhak berada di sana.

Apa yang telah dicapai ASEAN dalam menerobos kebuntuan dalam masalah Laut Cina Selatan yang mengemuka sejak 2002?
Kami telah sesuai dengan jalur dalam level tinggi. Kami sudah menyepakati implementasi panduan dari Declaration of Conduct (DOC). Ada beberapa langkah nyata, tapi sebenarnya itu bukan deklarasi yang mudah dan kami mencoba lebih jauh menyusun pedoman-pedoman. Pedoman itu contohnya menyediakan proyek bersama di area itu bila sudah teridentifikasi.

Apa kemajuan pedoman penyelesaian soal itu sebelum dibawa ke pertemuan para menteri luar negeri ASEAN dengan Cina besok?
Adopsi dari DOC yang berupa implementasi pedoman akan ditandatangani besok (Kamis, 21 Juli 2011).

Bukankah pekan lalu Filipina ingin soal ini dibawa ke Mahkamah Internasional. Mengapa sekarang berbeda?
Kami punya masalah dengan deklarasi Cina. Mereka punya yang disebut Konsep Garis Sembilan atas Laut Cina Selatan. Kami yakin klaim mereka seperti itu seharusnya divalidasi hukum internastional. Maka kami meminta mereka sesuai dengan kami karena kami mempertanyakannya. Kami menentang klaim itu masuk ke internal kami bisa divalidasi secara efektif dengan pengadilan hukum laut internasional.

Cina kerap mengklaim teritorinya dalam area yang luas. Bagaimana posisi Filipina?
Kami sudah sesuai dengan Konvensi PBB Soal Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS), garis perairan, zona ekonomi eksklusif, dan garis kontinental. Area yang kami klaim masuk wilayah kami secara mendasar sudah divalidasi sesuai dengan UNCLOS. Sebaliknya, kami tak percaya Garis Sembilan yang dipegang Cina sudah divalidasi UNCLOS.

Apa harapan Anda agar sengketa ini bisa diselesaikan segera?
Ada 4 harapan saya. Pertama, kami berharap sengketa klaim ini diselesaikan dengan damai. Kedua, kami harus menyelesaikannya berbasis multilateral karena sengketa lebih dari 1 klaim. Ada tumpang tindih klaim. Ketiga, diupayakan sesuai dengan hukum internasional, terutama UNCLOS. Empat, pedoman-pedoman DOC di antara para pejabat di sini menjadi dokumen bagi semua pihak untuk disepakati.

Berita terkait

Abu Sayyaf Serang Permukiman Dinihari Tadi, 9 Warga Dibunuh

21 Agustus 2017

Abu Sayyaf Serang Permukiman Dinihari Tadi, 9 Warga Dibunuh

Sekitar 60 milisi Abu Sayyaf menyerang Kota Maluso di Pulau Basilian, Filipina selatan, dinihari tadi, menyebabkan 9 warga sipil tewas dan 10 terluka.

Baca Selengkapnya

Duh, Duterte Sebut Universitas Oxford Tempat Kuliah Orang Bodoh

27 Juli 2017

Duh, Duterte Sebut Universitas Oxford Tempat Kuliah Orang Bodoh

Duterte mencerca Oxford setelah universitas itu merilis hasil penelitian perihal sang presiden dan buzzer atau penggaung di media sosial.

Baca Selengkapnya

Melukis Gunakan Darah, Begini Hasilnya --Oops

8 Juli 2017

Melukis Gunakan Darah, Begini Hasilnya --Oops

Kel Cruz, seniman asal Kota Quezon, Filipina menggunakan berbagai elemen unik termasuk darah untuk melukis

Baca Selengkapnya

Filipina Umumkan Presiden Duterte Masih Hidup dan Sehat

27 Juni 2017

Filipina Umumkan Presiden Duterte Masih Hidup dan Sehat

Pemerintah Filipina akhirnya angkat bicara soal keberadaan Presiden Rodrigo Duterte yang belakangan diisukan sakit berat karena jarang terlihat.

Baca Selengkapnya

Militer Filipina: Militan ISIS di Marawi Menyamar Jadi Pengungsi

29 Mei 2017

Militer Filipina: Militan ISIS di Marawi Menyamar Jadi Pengungsi

Sejak peperangan berlangsung, hampir 200 ribu penduduk Marawi mengungsi ke Iligan berjarak sektar 38 kilometer ke arah utara.

Baca Selengkapnya

Lelucon Kontraversial Duterte, Izinkan Tentara Perkosa 3 Wanita

28 Mei 2017

Lelucon Kontraversial Duterte, Izinkan Tentara Perkosa 3 Wanita

Presiden Rodrigo Duterte dengan nada bercanda, membuat lelucon bahwa anggota militer dapat memperkosa sampai 3 wanita.

Baca Selengkapnya

Situasi Marawi Mencekam, KJRI Terus Berkomunikasi dengan WNI  

27 Mei 2017

Situasi Marawi Mencekam, KJRI Terus Berkomunikasi dengan WNI  

Iqbal menjelaskan ke-17 WNI dalam keadaan baik tinggal di Kota Marawi.

Baca Selengkapnya

Gereja Filipina: Duterte Terapkan Darurat Militer Lawan ISIS

25 Mei 2017

Gereja Filipina: Duterte Terapkan Darurat Militer Lawan ISIS

Uskup memperingatkan warga Marawi agar berhati-hati dan bekerjasama dengan militer.

Baca Selengkapnya

Melawan ISIS, Militer Filipina Lancarkan Serangan ke Marawi

25 Mei 2017

Melawan ISIS, Militer Filipina Lancarkan Serangan ke Marawi

Angkatan Bersenjata Filipina mengerahkan sekitar 100 pasukan didukung oleh helikopter guna merebut Marawi dari tangan Maute.

Baca Selengkapnya

Ini Profil Kelompok Maute, Pelaku Serangan Marawi

24 Mei 2017

Ini Profil Kelompok Maute, Pelaku Serangan Marawi

Kelompok Maute yang juga dikenal sebagai Dawlah Islamiya Filipina kini menjadi sorotan atas serangannya terhadap Kota Marawi, Selasa lalu.

Baca Selengkapnya