Kaus Merah Mengkritik Yingluck

Reporter

Editor

Jumat, 8 Juli 2011 06:56 WIB

Yingluck Shinawatra (tengah). AP/Apichart Weerawong

TEMPO Interaktif, Bangkok - Kelompok Kaus Merah kemarin menuntut pemerintahan baru yang dipimpin perdana menteri terpilih, Yingluck Shinawatra, memberi keadilan kepada mereka.

Kaus Merah mewaspadai perdebatan tentang rencana pemberian amnesti yang akan membawa pulang mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra. Mereka ingin mendapatkan penjelasan menyangkut sejumlah pemimpin militer yang harus dimintai pertanggungjawaban atas kerusuhan yang terjadi pada April dan Mei 2010. Peristiwa berdarah itu telah menewaskan 91 orang dari kelompok Kaus Merah dan melukai sekitar 2.000 orang.

"Kita tidak bisa melompat ke amnesti atau mengajukan undang-undang amnesti tanpa pertama-tama memproses hak atas keadilan," kata Thida Thaworseth, pemimpin perempuan Front Bersatu untuk Demokrasi Menentang Diktator (UDD).

Kesal karena lambatnya pengusutan atas kerusuhan berdarah tahun lalu, Kaus Merah kemarin melakukan demonstrasi berjalan kaki ke kantor Departemen Investigasi Khusus. Demonstran adalah keluarga korban yang tewas.

Mereka mendesak Direktur Jenderal Departemen Investigasi Khusus Tharit Pengdit menunjukkan tanggung jawabnya atas kegagalan membawa pelakunya untuk diadili.

Sebelumnya, Yingluck menyatakan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi akan melanjutkan penyidikannya, terutama atas pembunuhan sejumlah warga sipil. Kaus Merah menyalahkan militer terkait dengan peristiwa ini.

Adik kandung Thaksin kemudian mengusulkan amnesti umum sebagai jalan mencapai rekonsiliasi nasional. "Rakyat Thai dari dua sisi harus mengetahui pertama-tama soal kebenaran. Siapa yang bertanggung jawab atas tewasnya 91 orang dan lebih dari 2.000 yang terluka, termasuk tewasnya sejumlah aparat militer dan siapa yang membakar gedung-gedung itu," kata Yingluck.

Seorang pejabat Partai Puea Thai, pemenang pemilihan umum 3 Juli lalu, mengatakan tahun pertama pemerintahan baru akan berfokus pada kebijakan ekonomi. "Kami tak ingin pagi-pagi ada instabilitas," ujarnya kemarin.

Tahap berikutnya baru menggulirkan ide rekonsiliasi nasional sebagai implementasi hasil kerja Komite Kebenaran dan Rekonsiliasi, termasuk membentuk pengadilan untuk menuntut pertanggungjawaban terhadap pelaku pembunuhan pada kerusuhan April dan Mei 2010 saat Kaus Merah melakukan demonstrasi di Ratchaprasong, Bangkok.

Barulah pada tahun ketiga rancangan undang-undang amnesti diajukan ke parlemen. Diperkirakan pembahasannya memakan waktu setahun sampai pemilu berikutnya.

REUTERS | THE NATION | YOPHIANDI (BANGKOK) | MARIA RITA

Berita terkait

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

18 November 2018

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

Timnas Indonesia sekarang fokus pada pertandingan terakhir Piala AFF 2018 melawan Filipina di Jakarta pada 25 November mendatang.

Baca Selengkapnya

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

26 Oktober 2017

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

Sekitar 110 ribu orang diizinkan memasuki area dekat jenazah Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej yang akan dikremasi hari ini.

Baca Selengkapnya

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

30 Agustus 2017

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

Thaksin Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand meng-tweet ucapan Montesquieu tentang tirani untuk mengkritik junta militer.

Baca Selengkapnya

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

27 Agustus 2017

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

Yingluck Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand, terbang ke Singapura lalu ke Dubai, negara tempat Thaksin, abangnya tinggal sebagai eksil.

Baca Selengkapnya

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

11 Agustus 2017

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

Kimlan Jinakul, nenek asal Thailand meraih gelar sarjana ekologi dari Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat

Baca Selengkapnya

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

20 Juli 2017

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

Raja Thailand kini menguasai penuh warisan kerajaan itu, menyusul pemerintah mengesahkan sebuah undang-undang baru.

Baca Selengkapnya

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

11 Juni 2017

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

Wichai, 34 tahun, asal Thailand, harus menjalani hukuman 35 tahun karena unggahannya di Facebook dianggap menghina keluarga Kerajaan Thailand.

Baca Selengkapnya

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

16 Mei 2017

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

Pemerintah Kerajaan Thailand mengancam akan mengadili Facebook jika tidak menghapus video yang menampilkan tubuh bertato Raja Maha Vajiralongkorn

Baca Selengkapnya

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

11 Mei 2017

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

FB memblokir video yang menunjukkan Raja Thailand, Vajiralongkorn, berseliweran di pusat belanjadengan mengenakan kaus dan tubuh bertato.

Baca Selengkapnya

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

28 April 2017

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

Seorang dukun di wilayah Chieng Mai, Thailand, tewas setelah ia sengaja menikam jantungnya sendiri karena menganggap dirinya kebal.

Baca Selengkapnya