TEMPO Interaktif, Bangkok - Kelompok Kaus Merah kemarin menuntut pemerintahan baru yang dipimpin perdana menteri terpilih, Yingluck Shinawatra, memberi keadilan kepada mereka.
Kaus Merah mewaspadai perdebatan tentang rencana pemberian amnesti yang akan membawa pulang mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra. Mereka ingin mendapatkan penjelasan menyangkut sejumlah pemimpin militer yang harus dimintai pertanggungjawaban atas kerusuhan yang terjadi pada April dan Mei 2010. Peristiwa berdarah itu telah menewaskan 91 orang dari kelompok Kaus Merah dan melukai sekitar 2.000 orang.
"Kita tidak bisa melompat ke amnesti atau mengajukan undang-undang amnesti tanpa pertama-tama memproses hak atas keadilan," kata Thida Thaworseth, pemimpin perempuan Front Bersatu untuk Demokrasi Menentang Diktator (UDD).
Kesal karena lambatnya pengusutan atas kerusuhan berdarah tahun lalu, Kaus Merah kemarin melakukan demonstrasi berjalan kaki ke kantor Departemen Investigasi Khusus. Demonstran adalah keluarga korban yang tewas.
Mereka mendesak Direktur Jenderal Departemen Investigasi Khusus Tharit Pengdit menunjukkan tanggung jawabnya atas kegagalan membawa pelakunya untuk diadili.
Sebelumnya, Yingluck menyatakan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi akan melanjutkan penyidikannya, terutama atas pembunuhan sejumlah warga sipil. Kaus Merah menyalahkan militer terkait dengan peristiwa ini.
Adik kandung Thaksin kemudian mengusulkan amnesti umum sebagai jalan mencapai rekonsiliasi nasional. "Rakyat Thai dari dua sisi harus mengetahui pertama-tama soal kebenaran. Siapa yang bertanggung jawab atas tewasnya 91 orang dan lebih dari 2.000 yang terluka, termasuk tewasnya sejumlah aparat militer dan siapa yang membakar gedung-gedung itu," kata Yingluck.
Seorang pejabat Partai Puea Thai, pemenang pemilihan umum 3 Juli lalu, mengatakan tahun pertama pemerintahan baru akan berfokus pada kebijakan ekonomi. "Kami tak ingin pagi-pagi ada instabilitas," ujarnya kemarin.
Tahap berikutnya baru menggulirkan ide rekonsiliasi nasional sebagai implementasi hasil kerja Komite Kebenaran dan Rekonsiliasi, termasuk membentuk pengadilan untuk menuntut pertanggungjawaban terhadap pelaku pembunuhan pada kerusuhan April dan Mei 2010 saat Kaus Merah melakukan demonstrasi di Ratchaprasong, Bangkok.
Barulah pada tahun ketiga rancangan undang-undang amnesti diajukan ke parlemen. Diperkirakan pembahasannya memakan waktu setahun sampai pemilu berikutnya.
REUTERS | THE NATION | YOPHIANDI (BANGKOK) | MARIA RITA
Berita terkait
Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina
18 November 2018
Timnas Indonesia sekarang fokus pada pertandingan terakhir Piala AFF 2018 melawan Filipina di Jakarta pada 25 November mendatang.
Baca Selengkapnya110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini
26 Oktober 2017
Sekitar 110 ribu orang diizinkan memasuki area dekat jenazah Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej yang akan dikremasi hari ini.
Baca SelengkapnyaThaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand
30 Agustus 2017
Thaksin Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand meng-tweet ucapan Montesquieu tentang tirani untuk mengkritik junta militer.
Baca SelengkapnyaYingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya
27 Agustus 2017
Yingluck Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand, terbang ke Singapura lalu ke Dubai, negara tempat Thaksin, abangnya tinggal sebagai eksil.
Baca SelengkapnyaHebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand
11 Agustus 2017
Kimlan Jinakul, nenek asal Thailand meraih gelar sarjana ekologi dari Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat
Baca SelengkapnyaUU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun
20 Juli 2017
Raja Thailand kini menguasai penuh warisan kerajaan itu, menyusul pemerintah mengesahkan sebuah undang-undang baru.
Baca SelengkapnyaHina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun
11 Juni 2017
Wichai, 34 tahun, asal Thailand, harus menjalani hukuman 35 tahun karena unggahannya di Facebook dianggap menghina keluarga Kerajaan Thailand.
Baca SelengkapnyaKarena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook
16 Mei 2017
Pemerintah Kerajaan Thailand mengancam akan mengadili Facebook jika tidak menghapus video yang menampilkan tubuh bertato Raja Maha Vajiralongkorn
Baca SelengkapnyaFB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato
11 Mei 2017
FB memblokir video yang menunjukkan Raja Thailand, Vajiralongkorn, berseliweran di pusat belanjadengan mengenakan kaus dan tubuh bertato.
Baca SelengkapnyaAnggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi
28 April 2017
Seorang dukun di wilayah Chieng Mai, Thailand, tewas setelah ia sengaja menikam jantungnya sendiri karena menganggap dirinya kebal.
Baca Selengkapnya