Beragam Suara Sambut Kemenangan Yingluck

Reporter

Editor

Selasa, 5 Juli 2011 06:18 WIB

Yingluck Shinawatra. AP/Sakchai Lalit

TEMPO Interaktif, Jalan di depan markas Partai Demokrat kemarin siang mendadak riuh oleh suara klakson beberapa sepeda motor diiringi yel-yel dari para pengendara. "Yingluck nomor satu!" begitu mereka berteriak-teriak ke arah kantor partai tertua di Negeri Gajah Putih itu.

Atribut serba merah dengan spanduk bergambar Yingluck Shinawatra dan Partai Puea Thai dilambai-lambaikan. Mereka berkonvoi meneriakkan kemenangan partai bernomor urut 1 dalam pemilihan umum pada 3 Juli lalu tersebut.

Partai bermakna "untuk rakyat Thailand" atau "For Thais" itu didirikan oleh Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, yang digulingkan dari jabatannya lewat kudeta pada 2006. Adik bungsunya, Yingluck Shinawatra, menjadi kandidat perdana menterinya.

Suara berisik kembali terdengar ketika konvoi pendukung Puea Thai itu kembali memasuki jalan tempat Demokrat berkantor. Sejak pagi, markas Demokrat memang sepi. Kalah telak dalam pemilu membuat penghuninya lesu.

Konvoi itu tidak mendapat tanggapan dari para petinggi Demokrat yang berada di dalam gedung. Beberapa wartawan mengabadikan konvoi pendukung Puea Thai. "Kami Partai Demokrat. Demokrasi tidak mengajarkan itu," kata Boenyat Sooktinthai, petinggi Demokrat, menjawab pertanyaan wartawan.

Menurut Boenyat, Demokrat sudah cukup puas dengan pemilu yang berlangsung damai. Itu berarti demokrasi dapat berjalan di Thailand. "Bukan dengan keluar dan membakar kota."

Demokrat boleh puas karena pemilu berlangsung damai. Konvoi pendukung Yingluck boleh bangga partainya menang telak dalam pemilu. Namun suara pesimistis juga ada.

Watchara Sroysangwal, 30 tahun, karyawan di perusahaan komunikasi di Kota Chiang Mai, utara Thailand, mengaku pesimistis dengan masa depan negaranya. "Saya tidak punya harapan untuk masa depan Thailand," ujarnya. "Mereka dapat saja membawa nama baru, tapi mereka itu berada di kelompok yang sama seperti dulu."

Wajah Kwanrudee Saengnon, 26 tahun, juga muram menyikapi hasil pemilu. "Jumlah konflik di Thailand besar sekali jika kamu bandingkan dengan negara-negara lain," tuturnya. Baginya, apa yang terjadi di negaranya bukan demokrasi yang sesungguhnya. "Yang terjadi, mayoritas memutuskan pemenangnya."

Thitinan, Direktur Program Studi Internasional di Universitas Chulalongkorn, berusaha realistis bahwa persoalan konflik di Thailand tidak bisa selesai dalam semalam. Sehingga, seharusnya rakyat Thailand harus menyikapi persoalan pemilu ini lebih dewasa. "Kita bicara mengenai pencapaian dari kedewasaan politik dalam dua atau tiga dekade mendatang."

YOPHIANDI (BANGKOK | SYDNEY MORNING HERALD | MARIA RITA

Berita terkait

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

18 November 2018

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

Timnas Indonesia sekarang fokus pada pertandingan terakhir Piala AFF 2018 melawan Filipina di Jakarta pada 25 November mendatang.

Baca Selengkapnya

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

26 Oktober 2017

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

Sekitar 110 ribu orang diizinkan memasuki area dekat jenazah Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej yang akan dikremasi hari ini.

Baca Selengkapnya

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

30 Agustus 2017

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

Thaksin Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand meng-tweet ucapan Montesquieu tentang tirani untuk mengkritik junta militer.

Baca Selengkapnya

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

27 Agustus 2017

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

Yingluck Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand, terbang ke Singapura lalu ke Dubai, negara tempat Thaksin, abangnya tinggal sebagai eksil.

Baca Selengkapnya

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

11 Agustus 2017

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

Kimlan Jinakul, nenek asal Thailand meraih gelar sarjana ekologi dari Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat

Baca Selengkapnya

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

20 Juli 2017

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

Raja Thailand kini menguasai penuh warisan kerajaan itu, menyusul pemerintah mengesahkan sebuah undang-undang baru.

Baca Selengkapnya

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

11 Juni 2017

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

Wichai, 34 tahun, asal Thailand, harus menjalani hukuman 35 tahun karena unggahannya di Facebook dianggap menghina keluarga Kerajaan Thailand.

Baca Selengkapnya

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

16 Mei 2017

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

Pemerintah Kerajaan Thailand mengancam akan mengadili Facebook jika tidak menghapus video yang menampilkan tubuh bertato Raja Maha Vajiralongkorn

Baca Selengkapnya

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

11 Mei 2017

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

FB memblokir video yang menunjukkan Raja Thailand, Vajiralongkorn, berseliweran di pusat belanjadengan mengenakan kaus dan tubuh bertato.

Baca Selengkapnya

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

28 April 2017

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

Seorang dukun di wilayah Chieng Mai, Thailand, tewas setelah ia sengaja menikam jantungnya sendiri karena menganggap dirinya kebal.

Baca Selengkapnya