Ribuan polisi diturunkan untuk menghentikan aksi demonstrasi. Kericuhan mulai terjadi ketika sekelompok pendemo pro-pemerintah tiba di tengah-tengah aksi yang berlangsung sejak pukul 11 siang kemarin. Mereka berteriak menginginkan perdamaian. "Aljazair bukan Mesir, kami ingin damai bukan kekacauan," kata mereka.
Polisi kemudian menangkap para pendemo dan mengepungnya. Helikopter polisi terlihat berputar-putar di atas lokasi demonstrasi. Sebanyak 200 orang polisi lengkap dengan helm dan bersenjatakan pentungan berjaga-jaga di May First Square. Lusinan mobil polisi diparkir dekat area.
Tak hanya di pusat kota, ribuan polisi bersiaga di beberapa tempat, termasuk di dekat Kennedy Square dengan jumlah yang melebihi penduduk area itu. Mereka memakai peralatan lengkap berkeliling sambil minum kopi, merokok, dan membaca koran.
Penyebaran kekacauan di Aljazair ini diperkirakan dapat memberikan implikasi pada ekonomi dunia karena negara ini merupakan salah satu negara pengekspor minyak dan gas terbesar.
Demonstrasi ini terpicu kesuksesan rakyat Mesir menurunkan penguasanya Husni Mubarak. Tak hanya Aljazair, negara-negara Arab lainnya mengalami hal serupa. Raja Yordania Abdullah mengganti perdana menterinya setelah aksi protes rakyatnya. Di Yaman, Presiden Ali Abdullah Saleh berjanji tidak akan mengikuti pemilu berikutnya.
Para pendemo di Aljazair ini mengaku terinspirasi Mesir dan Tunisia. Polisi pun menghalau masyarakat agar mereka jangan sampai bergabung dengan para pendemo yang telah berkumpul. Polisi juga mencegah masyarakat menggelar demonstrasi di kota-kota lain.
Pemerintah tidak memberi izin pengumpulan massa di tempat-tempat umum dengan alasan ketertiban. Pemerintah menyatakan sedang bekerja keras menciptakan lapangan pekerjaan dan membangun perumahan, serta berjanji memberikan kebebasan demokrasi.
THETELEGRAPH|AQIDA SWAMURTI