Diplomat AS Diduga Mata-matai Sekjen PBB

Reporter

Editor

Senin, 29 November 2010 15:02 WIB

Wikileaks. Foto: news.com.au
TEMPO Interaktif, Washington DC- Wikileaks membocorkan laporan mengejutkan: Washington perintahkan diplomatnya melancarkan aksi spionase dengan target petinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tidak tanggung-tanggung, targetnya adalah Sekretaris Jenderal Ban Ki-Moon dan wakil Cina, Rusia, Perancis dan Inggris, selaku anggota tetap Dewan Keamanan.

Seperti termaktub dalam cablegate.wikileaks.org, perintah itu dikeluarkan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton pada Juli 2009. Washington memerintahkan diplomatnya untuk memberi laporan forensik yang detil tentang sistem komunikasi yang digunakan petinggi PBB, termasuk password dan kunci-kunci lain dalam jaringan pribadi dan komersial mereka.

Para diplomat juga diminta untuk mengumpulkan informasi yang sama milik sekretaris, kepala agen khusus, dan kepala penasehat, pembantu, kepala operasi perdamaian dan politik, dan komandan pasukan militer PBB. Tidak berhenti di situ, Washington juga meminta nomor kartu kredit, alamat surat elektronik, telepon, faksimili, bahkan jumlah penerbangan "frequent-flyer" petinggi-petinggi PBB tersebut. Dokumen rahasia itu dikirim ke kantor-kantor kedutaan dan konsultan AS di 33 negara, termasuk London, Paris, dan Moskow.

Rencana rahasia ini termasuk operasi lintas badan. Badan Intelijen Pusat (CIA), Biro Investigasi Federal (FBI) dan Pasukan Pengamanan Presiden AS juga diminta memberi laporan.

Dokumen itu merupakan satu diantara 219 dokumen rahasia yang bocor ke publik sejak hari ini. Dalam laman pembuka, Wikileaks mengaku mengantongi 251 ribu dokumen diplomati AS yang siap disebarkan.

Menurut Wikileaks, PBB bukan target tunggal dari operasi mata-mata AS. Surat diplomatik yang ada di Wikileaks menyatakan sejak 2008, Kementerian Luar Negeri AS mengeluarkan sedikitnya sembilan instruksi yang sama. Termasuk rencana perjalanan dan kendaraan yang digunakan pemimpin Hamas dan pejabat lain di Palestina. Selain oleh Clinton, dokumen-dokumen itu ditandatangani oleh mantan Menteri Condoleezza Rice, yang membawahi 11.500 personel di Kementerian Luar Negeri.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon, belum bisa berkomentar. Tapi, "kami memantau laporan tersebut," kata Farhan Haq, juru bicaranya.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, PJ Crowley membantah tudingan tersebut. "Diplomat kami bekerja seperti diplomat lainnya, tidak terlibat aktivitas intelijen," katanya.

GUARDIAN | REZA M

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya