TEMPO Interaktif,
Kota Meksiko -Dua jasad tanpa kepala kemarin ditemukan polisi di dalam sebuah mobil jenis SUV di Ciudad Juarez, yang punya julukan Kota Paling Mengerikan di dunia. Kedua tangan dan kaki mereka terikat dengan tubuh penuh luka siksaan. Jaksa Jorge Gonzalez Nicolas mengatakan di dekat jasad mereka ada sebuah catatan yang menuduh keduanya terlibat pembantaian.
"Korban disebut membunuh perempuan dan anak-anak," kata Jaksa Nicolas. Pembantaian yang dimaksud itu, kata Nicolas, adalah pembunuhan yang terjadi pada Jumat pekan lalu di Ciudad Juarez. Ketika itu sekelompok pria bersenjata memberondong sekawanan orang yang tengah menggelar pesta ulang tahun keluarga. Alhasil, 14 remaja dan anak-anak tewas.
Masih pada hari itu di kota yang sama, polisi mendapati mayat lelaki warga Amerika Serikat berumur 25 tahun. Tubuhnya yang penuh luka tembak itu terbujur kaku di luar halaman sebuah restoran. Adapun empat jenazah laki-laki ditemukan polisi di dekat Temixco, 100 kilometer selatan Ciudad Juarez. Total sudah 26.932 orang tewas di sekujur Meksiko sejak 2007.
Korban berjatuhan sejak Presiden Felipe Calderon menabuh genderang perang melawan kartel-kartel narkoba di Negeri Sombrero. Disusul perang antargeng bandar narkoba yang meluas di seantero penjuru negeri. Puncaknya ketika Los Zetas--tentara bayaran Kartel Teluk pimpinan Heriberto "El Lazca" Lazcano--membelot dan bergabung dengan Kartel Juarez, Tijuana, dan Beltran Leyva.
Aksi pembelotan itu memicu Kartel Teluk bergabung dengan Kartel Sinaloa pimpinan Joaquin "El Chapo" Guzman Loera. Bersama Kartel La Familia Michoacana, kedua kartel itu membentuk kelompok "Federasi Baru" guna melawan "Aliansi Zeta". Dua kekuatan ini berseteru. Mereka berebut "jatah" memasarkan narkoba ke Amerika Serikat, tetangga Meksiko.
"Bisnis narkoba amat menjanjikan buat anak muda di sini," kata Miguel, salah seorang penyelundup narkoba Kartel Sinaloa, yang dijatuhi hukuman penjara lima tahun. Mengawali karier pada 1988, ia ditangkap satuan gabungan polisi dan tentara Meksiko belum lama ini ketika sedang mencoba mengirim paket ganja dari Kolombia ke Amerika Serikat.
Calderon telah menerjunkan 50 ribu lebih tentara dan polisi untuk memerangi kartel-kartel narkoba di negerinya itu sejak empat tahun lalu. Ia juga memecat pejabat pemerintah dan aparat penegak hukum yang terlibat sindikat obat bius itu. Belum lama ini ia memecat sekitar 3.000 polisi karena alasan tersebut.
"Kartel-kartel ini punya pengaruh besar terhadap para politikus," ujar Scott Stewart dari perusahaan konsultasi jasa keamanan Stratfor, yang berbasis di Texas, Amerika Serikat. Karena itu, siapa pun yang mencoba menumpas, kata dia, bakal ditebas habis. Juli lalu, seorang calon gubernur dibunuh, juga polisi dan wartawan yang menyelidiki kasus narkoba.
Kondisinya kian diperparah setelah Los Zetas, bekas pasukan khusus Meksiko, tak mau lagi bekerja untuk pemerintah dan menjadi tentara bayaran Kartel Teluk sejak 10 tahun lalu. Pertempuran di antara geng-geng koalisi kartel pun kian brutal. Senin lalu, misalnya, Kepolisian Resor Kota Los Ramones digranat dan dibombardir senapan mesin.
"Serangan berlangsung selama 15 menit," ujar Wali Kota Los Ramones, Santos Salinas. Gara-gara serangan itu, 14 polisi di markas tersebut memilih berhenti. Menurut bekas Kepala Polisi Nuevo Leon Carlos Jauregui, selain takut, polisi merasa gajinya tak sebanding dengan taruhan nyawa. "Gaji mereka cuma US$ 350 (sekitar Rp 3 juta) per bulan," kata Jauregui.
Gaji mereka, kata Jauregui, sama dengan buruh bangunan. "Mereka pun jadi gampang disuap," tuturnya. Di Monterrey, kartel-kartel narkoba bisa menyewa polisi semalam dengan upah yang lebih besar dari gaji mereka: US$ 400. Lantaran itulah Calderon menawarkan kenaikan gaji. Apalagi proyek pemberantasan narkoba ini mendapat sokongan Amerika.
Lewat kerja sama bertajuk Prakarsa Merida, Amerika Serikat mengucurkan dana sebesar US$ 1,3 miliar kepada pemerintah Meksiko untuk memberangus bisnis narkoba. Washington juga mengirim 1.300 penasihat militer ke Kota Meksiko. Namun Miguel pesimistis upaya itu akan membuahkan hasil. "Mencoba menghabisi mafia itu seperti memotong rumput," ujarnya.
AP | REUTERS | CSMONITOR | GUARDIAN | ANDREE PRIYANTO