Asap dari sebuah rumah yang terbakar membumbung ke langit kota Jalal-Abad, Kyrgyzstan (14/6). AP/ Alexander Zemlianichenko
TEMPO Interaktif, Osh - Pemerintah Rusia masih belum berkomitmen membantu menyelesaikan konflik etnik di Kirgistan, negara bekas pecahan Uni Soviet.
Pertemuan darurat yang digelar Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) yang berakhir Senin lalu tidak menghasilkan keputusan Rusia bakal turun tangan. CSTO merupakan organisasi regional yang dipimpin Rusia.
Bentrokan antara etnis Kirgis dan Uzbek yang minoritas telah berlangsung empat hari. Lebih dari seratus warga Uzbek terbunuh dan sedikitnya 100.000 lainnya kabur dari negara itu. Tentara Kirgistan yang diperintah menembak mati di tempat pelaku kerusuhan menolak menjalankan amanat.
Meski situasi sudah mengkhawatirkan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyatakan baru akan mengirim pasukan jika kondisi di selatan Kirgistan makin memburuk. Sejauh ini, Kremlin berencana mengirim 150 personel paramiliter untuk mengamankan pangkalan udara mereka di dekat Ibu Kota Bishkek.
Pemerintah sementara Kyrgyzstan, yang tengah berjuang mengatasi kekerasan etnik dan menyiapkan polisi dan militer yang tangguh, meminta Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) mengirimkan satuan polisi internasional. Tujuannya agar ditempatkan di negeri Asia Tengah tersebut.
Pemerintah Amerika Serikat telah mengirim Robert Blake sebagai tuusan ke Kirgistan. Ia dijadwalkan bertemu dengan para pejabat negara itu Jumat dan Sabtu mendatang.