Seorang tentara Thailand terluka saat bentrok antara pengunjuk rasa anti pemerintah kaus merah dan pasukan militer Thailand di Bangkok, Thailand, Rabu (19/5). Tujuh pemimpin gerakan Kaus Merah, Rabu sore waktu setempat, menyerahkan diri setelah pasukan militer menyerbu barikade perkemahan yang menyebabkan dua orang demonstran dan seorang fotografer Italia tewas. AP Photo/Vincent Yu
TEMPO Interaktif, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra hari Rabu mengatakan bahwa tindakan keras militer pada pengunjuk rasa yang mendukung dirinya bisa menimbulkan ketidakpuasan massa dan menyebabkan perang gerilya.
Thaksin, yang digulingkan dalam kudeta militer tak berdarah 2006, dikecam oleh lawannya sebagai politisi Thailand paling korup. Bagi pendukung anti-pemerintah, yang membakar Bangkok pada hari Rabu, ia adalah penyelamat.
Berbicara dari tempat yang dirahasiakan, Thaksin mengatakan tindakan keras pada demonstran "Kaus Merah", yang menewaskan enam orang dan melukai 58, bisa berubah menjadi kekerasan yang meluas.
"Ada teori mengatakan tindakan keras militer dapat menyebarkan kebencian dan orang-orang benci akan menjadi gerilyawan," kata Thaksin kepada Reuters saat tentara menghadapi pengunjuk rasa di Bangkok, yang memicu kekerasan di provinsi sekitarnya.
"Ada banyak dan banyak orang di seluruh negara yang marah karena mereka dicegah bergabung dengan unjuk rasa Bangkok."
Para pengkritiknya mengatakan Thaksin adalah kapitalis kroni yang menjarah ekonomi dan menyimpangkan demokrasi untuk kepentingan keluarga dan teman-temannya saat berkuasa dari tahun 2001 sampai saat kudeta 2006.
Tetapi, bagi pemilih di pedesaan, dia adalah pemimpin pertama yang memperhatikan kebutuhan hidup jutaan orang di luar Bangkok.
Thaksin, yang mencetak kemenangan pada dua jajak pendapat, telah tinggal di luar negeri dalam pengasingannya sejak dikudeta.
Tapi kampanye dua bulan oleh para pendukungnya untuk menggulingkan pemerintah Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva, yang berharap untuk mendapatkan amnesti politik dan keadilan bagi Thaksin, memuncak pada hari Rabu dalam kekerasan politik terburuk negara itu dalam 18 tahun.
Kerusuhan dan kebakaran menyapu Bangkok setelah tentara menyerbu perkemahan para pengunjuk rasa, memaksa para pemimpin mereka untuk menyerah.
Pengunjuk rasa membakar setidaknya 27 gedung, termasuk bursa Thailand dan Central World, kompleks pertokoan terbesar kedua di Asia Tenggara. Jam malam dideklarasikan di Bangkok dan 21 provinsi.