Kaus Merah Tak Gentar Hadapi Keputusan Abhisit

Reporter

Editor

Kamis, 8 April 2010 11:04 WIB

Gerakan Kaus Merah di Thailand. AP Photo

TEMPO Interaktif, Bangkok – Kelompok “Baju Merah” tidak mundur. Pengunjuk rasa anti-pemerintah Thailand mengancam akan terus menyerang pada Kamis ini. Menyusul pernyataan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva memberlakukan keadaan darurat untuk mengendalikan demonstran yang empat minggu pawai dengan tujuan untuk memaksa pemilihan umum.

Kini Abhisit menghadapi pilihan yang sulit - kompromi dan melakukan pemilihan yang membuatnya dengan kehilangan kursi atau memulai pemberantasan puluhan ribu pengunjuk rasa yang bisa menimbulkan masalah.

Keadaan darurat yang dideklarasikan di Bangkok dan provinsi-provinsi tetangga memberikan kekuatan tentara untuk menahan orang tanpa perintah pengadilan setelah pengunjuk rasa menyerbu parlemen pada hari Rabu, yang memaksa beberapa pejabat pemerintah melarikan diri dengan helikopter.

Pos-pos pemeriksaan militer sudah didirikan di luar Bangkok untuk menghentikan pengunjuk rasa berbaju merah memasuki kota. Kemungkinan bisa mencapai 15 juta orang dan meningkatkan resiko konfrontasi di pinggiran.

Advertising
Advertising

Kerumunan telah menyemut di sentra perdagangan, seperti hotel kelas atas dan area mal di sekitar persimpangan Rachaprasong, Kamis pagi. Sekitar 2.000 sampai 3.000 pengunjuk rasa sudah menyesaki daerah itu.

Salah satu pemimpin "baju merah" Weng Tojirakarn, menyatakan akan tetap memberontak. "Hari ini kita akan terus ofensif, kami tidak dapat duduk diam dan tak melakukan apa-apa. Ini adalah hak kita," kata Weng.

Dia tidak menolak gagasan pembicaraan dengan pemerintah, meskipun diskusi di televisi sebelumnya tidak mencapai apa-apa. "Jika Abhisit datang menawarkan lebih maju dan berbicara, kami terbuka untuk itu, tapi sebelum hal ini terjadi, ia harus menghentikan (pernyataannya) yang menggambarkan kita sebagai musuh," kata Weng.

"Jika dia ingin, kita dapat memulai kembali perundingan. Tetapi jika ia mulai lagi dengan kerangka waktu yang sembilan bulan untuk pembubaran parlemen, kami hanya akan menuntut kerangka waktu dua minggu.”

Meskipun ketegangan semakin meningkat pada Rabu, asing terus membeli cepat-cepat saham Thailand, pembelian bersih mencapai US$ 91.4 juta atau sekitar Rp 823 miliar dan meningkatkan pembelian mereka menjadi US$ 1.82 miliar sejak 22 Februari.

Akibatnya, beberapa analis merasa kemunduran apapun akan kecil. "Skenario dasar kami adalah bahwa pemerintah tidak akan menggunakan kekerasan untuk menindak protes massa, jadi kita positif untuk pasar saham yang hanya harus konsolidasi bukan menjual," kata Teerada Charnyingyong, strategist Phillip Securities.


REUTERS| NUR HARYANTO


Berita terkait

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

18 November 2018

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

Timnas Indonesia sekarang fokus pada pertandingan terakhir Piala AFF 2018 melawan Filipina di Jakarta pada 25 November mendatang.

Baca Selengkapnya

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

26 Oktober 2017

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

Sekitar 110 ribu orang diizinkan memasuki area dekat jenazah Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej yang akan dikremasi hari ini.

Baca Selengkapnya

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

30 Agustus 2017

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

Thaksin Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand meng-tweet ucapan Montesquieu tentang tirani untuk mengkritik junta militer.

Baca Selengkapnya

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

27 Agustus 2017

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

Yingluck Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand, terbang ke Singapura lalu ke Dubai, negara tempat Thaksin, abangnya tinggal sebagai eksil.

Baca Selengkapnya

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

11 Agustus 2017

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

Kimlan Jinakul, nenek asal Thailand meraih gelar sarjana ekologi dari Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat

Baca Selengkapnya

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

20 Juli 2017

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

Raja Thailand kini menguasai penuh warisan kerajaan itu, menyusul pemerintah mengesahkan sebuah undang-undang baru.

Baca Selengkapnya

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

11 Juni 2017

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

Wichai, 34 tahun, asal Thailand, harus menjalani hukuman 35 tahun karena unggahannya di Facebook dianggap menghina keluarga Kerajaan Thailand.

Baca Selengkapnya

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

16 Mei 2017

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

Pemerintah Kerajaan Thailand mengancam akan mengadili Facebook jika tidak menghapus video yang menampilkan tubuh bertato Raja Maha Vajiralongkorn

Baca Selengkapnya

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

11 Mei 2017

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

FB memblokir video yang menunjukkan Raja Thailand, Vajiralongkorn, berseliweran di pusat belanjadengan mengenakan kaus dan tubuh bertato.

Baca Selengkapnya

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

28 April 2017

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

Seorang dukun di wilayah Chieng Mai, Thailand, tewas setelah ia sengaja menikam jantungnya sendiri karena menganggap dirinya kebal.

Baca Selengkapnya