Kaus Merah Duduki Gedung Komisi Pemilu Thailand

Reporter

Editor

Selasa, 6 April 2010 07:02 WIB

Para pendukung Thaksin Shinawatra menduduki Gedung Komisi Pemilu di Bangkok, Thailand (5/4). AP/Wason Wanichakorn
TEMPO Interaktif, Bangkok -Ratusan demonstran antipemerintah memaksa masuk gedung Komisi Pemilihan Umum Thailand. Aksi ini sengaja dilakukan sebagai bagian dari upaya menggulingkan pemerintah Abhisit Vejjajiva setelah tak berhasil dalam protes besar-besaran dua pekan sebelumnya.

Demonstran, yang merupakan pendukung bekas Perdana Menteri Thaksin Shinawatra dan menyebut diri mereka Gerakan Kaus Merah, menuduh Komisi Pemilu menghentikan investigasi dugaan penyimpangan oleh partai Perdana Menteri Abhisit, Demokrat. Disebutkan, Demokrat menerima sumbangan untuk kampanye pemilu sebesar US$ 7,9 atau 258 juta baht pada 2005 dari perusahaan semen TPI Polene TPIP.BK.

Menurut demonstran, itu jelas menyimpang. Sebab, konstitusi hanya membolehkan seseorang menyumbang 10 juta baht dalam setahun. Jika Komisi Pemilu benar-benar menangani hal ini, mereka melanjutkan, partai Demokrat bisa dibubarkan oleh pengadilan konstitusi.

Pada kesempatan itu, pendukung Thaksin, yang bernama Front Persatuan untuk Demokrasi Melawan Kediktatoran (UDD), mengultimatum Komisi Pemilu untuk menjawab apakah membubarkan Partai Demokrat atau tidak. Mereka memberi batas waktu hingga pukul dua siang.

"Jika Komisi Pemilu, khususnya ketuanya, Aphichart Sukkhakanont, gagal menuruti permintaan ini, Kaus Merah akan mengepung Komisi Pemilu mulai pukul 2 siang," kata pemimpin Kaus Merah, Kwanchai Praiphana. Namun dilaporkan, Aphichart dan anggota Komisi lainnya tidak berada di kantor.

UDD juga menuduh Komisi menerapkan standar ganda dan sengaja menunda memutuskan dugaan penyelewengan yang telah diinvestigasi selama setahun itu.

Sebelumnya, Kaus Merah berusaha menekan Perdana Menteri Abhisit dengan menduduki jantung bisnis Thailand, persimpangan Ratchaprasong, selama dua malam. Mereka mengabaikan ancaman pemerintah yang akan menahan anggota Kaus Merah yang tetap bertahan di Ratchaprasong. Dan nyatanya, hingga kemarin pemerintah memang tidak menahan mereka.

Sebaliknya, pemerintah Thailand kemarin meminta surat perintah pengadilan untuk menahan para pemimpin Kaus Merah. Sebab, kata Abhisit, yang lahir di Inggris dan kuliah di Universitas Oxford, demonstrasi tersebut sudah melanggar hukum.

Namun respons ini dijawab Kaus Merah dengan mengatakan, "Kami tidak akan meninggalkan wilayah yang kami duduki. Kami mengirim pengacara kami ke pengadilan dan akan segera mengajukan keberatan jika pengadilan mengeluarkan keputusan untuk memaksa kami pergi," kata salah seorang pemimpin demonstran, Nattawut Saikua.

BANGKOK POST | REUTERS | THE GAZZETE | SUNARIAH

Berita terkait

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

18 November 2018

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

Timnas Indonesia sekarang fokus pada pertandingan terakhir Piala AFF 2018 melawan Filipina di Jakarta pada 25 November mendatang.

Baca Selengkapnya

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

26 Oktober 2017

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

Sekitar 110 ribu orang diizinkan memasuki area dekat jenazah Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej yang akan dikremasi hari ini.

Baca Selengkapnya

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

30 Agustus 2017

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

Thaksin Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand meng-tweet ucapan Montesquieu tentang tirani untuk mengkritik junta militer.

Baca Selengkapnya

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

27 Agustus 2017

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

Yingluck Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand, terbang ke Singapura lalu ke Dubai, negara tempat Thaksin, abangnya tinggal sebagai eksil.

Baca Selengkapnya

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

11 Agustus 2017

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

Kimlan Jinakul, nenek asal Thailand meraih gelar sarjana ekologi dari Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat

Baca Selengkapnya

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

20 Juli 2017

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

Raja Thailand kini menguasai penuh warisan kerajaan itu, menyusul pemerintah mengesahkan sebuah undang-undang baru.

Baca Selengkapnya

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

11 Juni 2017

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

Wichai, 34 tahun, asal Thailand, harus menjalani hukuman 35 tahun karena unggahannya di Facebook dianggap menghina keluarga Kerajaan Thailand.

Baca Selengkapnya

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

16 Mei 2017

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

Pemerintah Kerajaan Thailand mengancam akan mengadili Facebook jika tidak menghapus video yang menampilkan tubuh bertato Raja Maha Vajiralongkorn

Baca Selengkapnya

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

11 Mei 2017

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

FB memblokir video yang menunjukkan Raja Thailand, Vajiralongkorn, berseliweran di pusat belanjadengan mengenakan kaus dan tubuh bertato.

Baca Selengkapnya

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

28 April 2017

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

Seorang dukun di wilayah Chieng Mai, Thailand, tewas setelah ia sengaja menikam jantungnya sendiri karena menganggap dirinya kebal.

Baca Selengkapnya